Semangat Kartini Didada Leyla Hana

Wanita seolah tak lepas dari problematika kehidupan. Apa yang mereka kerjakan kadang menimbulkan sebuah dilema. Namun demikian wanita harus tetap maju, sanggup menjadi mawar yang mengharumkan dirinya, keluarganya dan kehidupan yang melingkupinya.

Berbicara tentang wanita tentunya tak lepas dari perjuangan R.A Kartini yang sangat menginspirasi, sehingga bertebaran kartini-kartini masa kini yang siap menjadikan dunia penuh warna. Semangat kartini tumbuh di dada para wanita yang ingin bangkit dari keterpurukan. Bukan hanya mereka yang berstatus sebagai pegawai atau pekerja sosial, ibu rumah tanggapun yang selalu berjuang di tengah rutinitas mengasuh anak dan asap dapur berhak menyandang predikat Kartini.

sumber gambar disini


Ini adalah sebuah tantangan bagi saya saat mengikuti “Giveaway Ada Kartini Didadamu” yang diselenggarakan oleh Pakdhe Cholik. Memilih blogger wanita yang mengobarkan semangat Kartini dalam tulisannya bukan pekerjaan yang mudah, karena mayoritas blogger wanita mengusung semangat Kartini meski berbeda cara menyajikannya.

Mengingat status saya yang notabene hanya seorang ibu rumah tangga, akhirnya pilihan saya jatuh pada sebuah blog yang bertajuk “Menghidupkan Kehidupan”. Menjadi ibu rumah tangga kadang menjadi sebuah keputusan yang dilematis. Saya beberapa kali harus berjuang mengalahkan ego, dimana hasrat untuk kembali memakai seragam kerja itu seolah mengusik ketenangan saya. Sementara ada tanggung jawab lain yang tidak boleh saya tinggalkan, sebagai istri dan ibu.

Sebagai istri dari seorang anggota TNI, tentunya saya harus mendampingi tugasnya Semakin tinggi pangkat dan jabatan suami, sudah pasti tugas dan tanggung jawab saya semakin besar. Saya harus mengikuti kemanapun suami saya berdinas. Bahkan saya harus rela meninggalkan karier demi suami dan bertanggung jawab terhadap ibu-ibu anggota.

Persit is the best
Diluar itu, anak adalah tanggung jawab saya terbesar, karena saya harus bisa mendidik dan membimbingnya menjadi anak yang sukses. Dan bahagia itu ketika kami bisa berkumpul bersama, merajut hari-hari dalam sebuah keluarga.

Terus terang membaca blog “Menghidupkan Kehidupan”, semangat saya kembali bangkit. Meski sebagian besar tulisan yang ada didalamnya adalah tulisan-tulisan yang diikutsertakan dalam lomba atau giveaway, namun gaya bahasanya sangat menyentuh. Sayapun kagum pada pemiliknya.

Dalam sebuah tulisannya yang berjudul “Jangan Berhenti Berkarya!”, benar-benar membuat saya jatuh hati pada sosok ibu muda dengan tiga balita ini. Meski kesibukannya mengasuh ketiga buah hatinya seakan menyita hari-harinya, namun semangat menulisnya masih tetap berkobar.

Kalimat demi kalimat yang ditulisnya seolah menohok saya, membuat saya harus lebih giat lagi berjuang sepertinya. Bayangkan ia dengan tiga krucilnya, sudah bisa menghasilkan puluhan buku antologi, cerpen, novel,  buku solo dan buku nonfiksi. Bahkan ia juga mengelola berbagai komunitas kepenulisan. 

Tak jarang berbagai hadiah sering didapatkannya dari lomba menulis dan event-event lainnya. Namanya pun sering nongol di berbagai tabloid karena kepiawaiannya menulis. Sebuah prestasi yang sangat membanggakan dari seorang ibu rumah tangga. Sementara saya? Apa yang sudah saya hasilkan?

“Saya telah memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, ketika karir kepenulisan sedang berada di puncak. Belasan novel telah diterbitkan, bahkan Direktur Penerbitan tempat saya bekerja sebagai Editor, menyayangkan keputusan untuk resign. Selanjutnya, saya memilih untuk menjadi penulis lepas yang bekerja dari rumah, sehingga bisa tetap mengasuh anak-anak. Keputusan itu ternyata membuat saya berhenti menulis selama tiga tahun.”
“Hampir dua tahun yang lalu ketika memandang dua garis merah ditest pack yang saya pegang, saya merasa bahwa karir kepenulisan akan berakhir. Saya masih punya dua balita berusia 4 dan 3 tahun, dan akan ditambah dengan 1 bayi? Sanggupkah saya menulis sambil mengasuh semuanya dengan tangan sendiri?”

Soal status nampaknya memang kembali pada pribadi masing-masing. Ada yang nyaman dengan bekerja di luar rumah, ada juga yang memilih menjadi ibu rumah tangga saja. Meski status ibu rumah tangga dianggap sebuah dilema, namun jangan buru-buru meremehkannya. 

Kemajuan teknologi dan semangat Kartini telah mengubah sebagian ibu rumah tangga menjadi wanita yang tangguh. Mereka berhasil mengoptimalkan kemampuannya walau dari rumah, sembari mengasuh anak dan menyelesaikan pekerjaan rumahnya.

Saya belajar banyak dari seorang Leyla Imtichanah yang lebih akrab disapa Leyla Hana. Meski belum mengenalnya secara langsung, dan hanya melihat foto-fotonya melalui media jejaring sosial serta blog pribadinya, namun ia berhasil mematahkan anggapan tentang profesi ibu rumah tangga.
sumber gambar disini
Ibu rumah tangga bukan hanya berkutat dengan pekerjaan dapur dan mengurus anak. Sesibuk-sibuknya pekerjaan menjadi ibu rumah tangga, ada waktu luang yang dapat digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang menghasilkan walau berasal dari rumah.

Ya, menulis adalah salah satu pekerjaan yang tengah digeluti oleh Leyla Hana yang kini menjadi bagian hidupnya. Ia telah membuktikan kesuksesannya dalam bidang menulis. Berbagai karyanya kini bersanding dengan karya penulis lainnya di rak toko buku. Bahkan namanya kini bukan lagi dikenal sebagai seorang ibu rumah tangga melainkan sebagai seorang penulis terkenal.

Namun, masih banyak ibu rumah tangga yang meragukan profesi penulis. Ini yang kadang membuat penulis dipandang sebelah mata. Mereka kadang lupa, di balik kesuksesan ada kegagalan yang menjadi penyemangatnya. Penulis hebat, yang menghasilkan puluhan karya, awalnya juga berangkat dari kegagalan. Rasanya mustahil bila seorang penulis hebat tidak pernah mengalami kegagalan.

Ibarat bumi yang selalu berputar pada porosnya menyebabkan terjadinya siang dan malam, demikianlah nasib penulis. Kadang ia sukses dengan karyanya, suatu saat ia pun kembali mengalami kegagalan. Demikian kejadian itu akan terjadi secara berulang-ulang. Namun bagi seorang penulis, tentunya hal itu bukanlah sebuah alasan untuk menyudahi profesinya. Berlatih menulis adalah kuncinya. Sebagaimana yang diungkapkan Leyla dalam kalimatnya :

“Semua kegagalan yang menimpa saya itu, apakah menunjukkan bahwa saya harus berhenti? Berhenti memperjuangkan cita-cita saya menjadi penulis yang konsisten? “
“Saya tak tahu akan menjadi apa saya ke depannya, tetapi saya tahu bahwa menulis sudah menjadi bagian hidup saya dan saya harus tetap menulis meskipun belum mendapatkan apresiasi yang maksimal serta membagi waktu dengan kesibukan mengurus rumah tangga dan anak-anak.”
Ya, semangat Kartini itu membara di dada seorang Leyla Hana yang didorong oleh quote-quote dari Merry Riana, seorang penulis buku “Mimpi Sejuta Dollar”. Dan sudah seharusnyalah seorang ibu rumah tangga masa kini sanggup menunjukkan jati dirinya, seperti kata pepatah “Menulislah, kelak kau akan mengetahui siapa dirimu”. 

R.A Kartini kini telah tiada, namun namanya tetap harum untuk dikenang, bahkan perjuangannya kini telah menginspirasi semua wanita untuk tampil kedepan, menunjukkan kemampuannya. Karena saat ini bukan lagi jamannya wanita hidup terbelenggu, apalagi hidup dibawah tekanan. Kesetaraan gender telah diperjuangkan. Tidak ada yang merendahkan martabat wanita. Kedudukan wanita telah sejajar dengan kaum laki-laki.

Jadi jangan pernah berhenti berjuang atau hanya diam berpangku tangan, mari kita mulai dengan perubahan meski berasal dari rumah, seperti quote di bawah ini :

Jika dulu saya berhenti, maka saya tak akan menjadi Merry Riana yang sekarang
(Merry Riana, Penulis Buku “Mimpi Sejuta Dollar”).

Ada Kartini Di Dadamu




Posting Komentar

13 Komentar

  1. leyla hana teman kerja, pernah sekost bareng. Saya gabisa bayangkan deh punya 3 balita tp tetap punya puluhan karya. Salut..kartini masa kini...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. salut bwt mbak Leyla Hana, sangat menginspirasi

      Hapus
  2. Makasih, Mak Yuni, terharu sekali saya. Mari terus menulis dan menginspirasi :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf ya mak blognya kuubeg-ubeg dengan paksa hehehe...tapi sumpah aku terinspirasi!!!

      Hapus
  3. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Giveaway Ada Kartini di Dadamu di BlogCamp.
    Segera didaftar
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah masih terdaftar....terima kasih Pakdhe

      Hapus
  4. good luuuck maaaal...mak Leyla Hana memang kartini sejatiii..

    BalasHapus
  5. Hebat mak Leyla ya, Aku baru punya satu bukunya nih L( Good luck ya mbak Yuni

    BalasHapus

Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...