Mudik Di Masa Pandemi Dan Wiskul Ngehits

Mudik di masa pandemi sambil berburu wisata kuliner di kampung benar-benar menjadi sebuah tantangan. Pasalnya, semenjak wabah Corona ini merebak, niat untuk mudik ke kampung halaman seolah sudah saya hapus dalam bayangan. Yang ada dalam benak saya, saya hanya ingin berdiam diri di rumah, tidak ingin tertular virus yang berbahaya ini, hingga niat untuk berlibur harus saya kubur dalam-dalam.


Nyaris hampir satu tahun lebih saya tidak bersua dengan orang tua, mertua bahkan kerabat yang ada di kampung. Yang bisa saya lakukan hanya berkomunikasi dengan cara video call. Memang beda rasanya, namun inilah yang harus saya lakukan demi memutus mata rantai penyebaran covid-19.


mudik pandemi


Namun, cuti bersama akhir bulan Oktober lalu ternyata bisa dimanfaatkan suami untuk berkunjung ke kampung halaman. Padahal sebelumnya saya dan suami tidak berencana untuk mudik ke Jawa. Kami berniat menghabiskan libur lima hari hanya di Bali saja. Entah angin apa yang membawa suami hingga dia mengurus surat ijin cuti dari instansi, hingga akhirnya kami pun memutuskan untuk mudik keesokan harinya.


Bak sebuah drama, begitu surat ijin keluar, lalu kami segera mencari surat rapid test. Berhubung waktu sudah menunjukkan malam hari, tentu rumah sakit Angkatan Darat pun sudah tidak menerima pasien rapid test. Lalu, saya mencari info melalui internet. Berbagai klinik yang menerima pasien rapid test saya datangi, beberapa diantaranya tutup, tidak sesuai dengan informasi yang diberikan dalam websitenya. Hingga akhirnya kami menemukan sebuah klinik yang menerima pasien rapid test.


Tidak sampai satu jam, saya, suami dan Fawaz, berhasil mengikuti serangkaian rapid test, hingga akhirnya hasil rapid test kami dinyatakan non reaktif. Itu artinya keesokan harinya kami siap untuk mudik.


Mudik kali ini kami lakukan melalui perjalanan darat, dengan membawa serta seorang driver anggota suami yang asli Bali. Sang driver pun juga sudah membawa surat rapid test yang sama-sama non reaktif.  Namun, mudik di masa pandemi ini tentu tidak sebebas dulu. Pengawasan sepanjang jalan atau bahkan di penyeberangan terlihat ketat. Menghindari birokrasi yang ribet, akhirnya suami dan driver memutuskan untuk memakai seragam dinas sepanjang perjalanan.


mudik pandemi


Perjalanan kami lancar, bahkan hampir semua ruas jalan tidak terlihat ramai. Namun arus kendaraan yang memasuki Bali terlihat agak padat. Bersamaan dengan dibukanya kembali tempat wisata di Bali di masa New Normal ini, agaknya libur beberapa hari lalu dimanfaatkan wisatawan lokal untuk berlibur ke Bali.  Kami berangkat dari Denpasar padal pukul 07.00 wita, sampai di pelabuhan Gilimanuk sekitar pukul 09.30 wita. Tentunya ini menjadi hal yang luar biasa, karena kondisi kapal fery pun tidak seramai dulu. Ditambah keadaan ombak yang tenang, membuat kami pun tidak terlalu lama berada diatas kapal.


mudik pandemi


Dari Ketapang, kami melanjutkan perjalanan menuju Blitar. Perjalanan yang terlihat panjang dan sangat melelahkan saat kami memasuki hutan ke arah Situbondo dan Probolinggo. Mungkin hanya pemandangan PLTU Paiton saja yang terlihat indah. Selebihnya yang kami alami adalah jenuh memandangi jalanan yang itu-itu saja. 


Seperti biasa, kami selalu singgah di rest area, SPBU Utama Raya yang terletak di Paiton. Sebuah pemandangan yang bikin takjub. Ternyata di masa pandemi ini banyak juga yang memanfaatkan untuk liburan. Seolah mereka tidak takut akan virus covid-19 yang mematikan ini, kendaraan di rest area sangat penuh, bahkan tempat makan pun juga kebanjiran pelanggan. Sadar, takut berkerumun dengan orang banyak, akhirnya kami memutuskan mencari tempat makan yang sepi pengunjung.


Yang penting mesin mobil bisa diistirahatkan sebentar, driver juga bisa beristirahat sambil makan siang, dan kami bisa melaksanakan sholat dhuhur di mushola. Kami istirahat seperlunya, kemudian melanjutkan perjalanan yang masih panjang. Entah, seolah sudah terbiasa dengan keadaan saat ini, kemanapun pergi kami selalu bawa hand sanitizer, masker, tissue kering, tisuue basah dan membawa peralatan makan dari rumah.


Sayang, sepanjang perjalanan saya masih melihat masyarakat yang abai terhadap covid-19 ini. Seolah mereka menganggap tubuh mereka kebal. Masih banyak masyarakat yang berkerumun, bahkan pasar-pasar masih penuh dengan kerumuman orang tanpa jaga jarak dan pakai masker. Semoga mereka segera mendapatkan pencerahan tentang bahaya covid-19 ini dan mau menjalankan protokol kesehatan.


Bersyukurlah saat ini banyak dibangun jalan tol, sehingga perjalanan kami ke Jawa bisa lebih cepat 2 - 3 jam dari sebelumnya. Kalau biasanya perjalanan yang kami lalui ditempuh dengan waktu 15 jam lebih, kini cukup 13 jam waktu yang kami habiskan untuk sampai ke Blitar. Bahkan, harga tiket tol pun masih terbilang wajar. Tol yang kami lewati dari Probolinggo sampai Malang dengan harga Rp. 99.000,-.


WISATA KULINER NGEHITS DI BLITAR


PECEL BLITAR

 

wiskul ngehits


Sampai Blitar, saatnya kami berburu kuliner yang ada di pelosok. Khabarnya wisata kuliner, yang kami sebut kuliner ndeso ini lebih ngehits dibanding kuliner modern yang mulai tumbuh menjamur. Seperti biasa, yang bikin kangen pulang ke Blitar adalah nasi pecelnya dengan sambal yang khas. Jadilah kami berburu nasi pecel yang letaknya di sebuah jalan kecil dibawah rel kereta api.


Sebungkus nasi pecel dengan isi: nasi putih, sayuran disiram bumbu pecel, tempe goreng, mendol dan peyek ini dibanderol dengan harga Rp. 8.000,-. Bahkan porsinya terbilang porsi besar. Apalagi dengan cita rasa yang bikin nagih untuk sarapan nasi pecel ini setiap pagi. Jadilah selama tiga hari berturut-turut kami sarapan nasi pecel khas Blitar ini yang tidak bikin kami bosan untuk mengulangnya setiap pagi.


Memang warung nasi pecel ini selalu ramai pengunjung setiap pagi. Bukan hanya menyediakan nasi pecel, tetapi di warung ini juga menawarkan sayur lodeh, sayur bening, lengkap dengan lauk seperti tempe goreng, tahu goreng, dadar jagung, bakwan sayur, ayam goreng, hati ampela goreng, telur goreng, mendol dan masih banyak lagi. Rata-rata lauk yang ditawarkan dihargai cukup Rp. 500,- sebiji. Uuuh...jadi pengen menetap kembali di Blitar kalau ingat harga kebutuhan di Bali makin mahal.


WARUNG MBAH MARTUMI


wiskul ngehits

 

Selain terkenal dengan nasi pecelnya, ternyata banyak tempat wisata kuliner ngehits di Blitar. Meski tempatnya jauh di pelosok, namun pengunjungnya berasal dari luar kota Blitar. Termasuk Warung Mbah Martumi ini yang beralamatkan di Ngoran, Nglegok, Blitar ini. Warung ini pada mulanya khusus menjual sayur tewel atau sayur nangka muda. Seiring berkembangnya waktu, banyak lauk yang ditawarkan di warung ini.


Sekilas penampakan warung ini sangat sederhana. Bukan model depot atau bahkan resto. Melainkan hanya rumah biasa model rumah kuno. Untuk memasak di dapur  menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu. Lantai dapur ini masih terbuat dari tanah. Sementara untuk pelanggan yang memilih makan ditempat, disediakan kursi atau tikar untuk lesehan yang letaknya di teras depan rumah. Dan bagi para pengunjung yang membawa mobil disediakan tempat parkir luas di halaman rumah joglo tersebut.


Yang bikin makin takjub, makan di warung mbah Martumi ini sangat murah. Satu piring dihargai Rp. 10.000,- bahkan nasinya bisa nambah sepuasnya. Hanya saja untuk lauk tertentu seperti ingkung ayam kampung alias ayam bumbu lodho dihargai Rp. 40.000,- satu ekor, dan ikan goreng besar dihargai Rp. 35.000,- satu ekor. Sedang lauk lainnya dibanderol dengan harga yang jauh lebih murah. Intinya mau ngajak orang banyak untuk makan disini tidak bakalan jebol di kantong.


wiskul ngehits
Ayam kampung bumbu lodho


wiskul ngehits
ikan goreng


wiskul ngehits
sambel goreng tahu


Pasti pada tergiur kan lihat penampakan lauk yang saya abadikan saat icip-icip di warung Mbah Martumi ini. Kalau ke Blitar jangan lupa mampir ke sini ya sob, meski letaknya jauh dari jalan raya, tapi sobat bisa searching melalui google map untuk sampai kesini.


WARUNG MAK TI


wiskul ngehits

 

Warung Mak Ti ini juga tak kalah tenarnya. Terletak di pelosok desa Jatinom, Kecamatan Kanigoro, Blitar ini juga sering dikunjungi para pemburu kuliner. Konon khabarnya mantan Wapres Bapak Budiono juga kerap berkunjung ke warung ini kalau pas pulang ke Blitar.  Letak warung ini terpencil, dikiri-kanannya banyak ditumbuhi pepohonan rindang. Bahkan, sekilas tercium bau kotoran sapi menyengat, karena disamping warung ini terdapat kandang sapi. Meski begitu tidak menyurutkan niat pecinta kuliner untuk datang icip-icip menu disini.


wiskul ngehits
Makan sepuasnya cukup 10 ribu seporsi


Ciri kas dari warung Mak Ti ini adalah ikan, sejenis ikan kecil (baby fish) yang digoreng kering hingga rasanya crispy. Bahkan harganya sangat murah, sebungkus ikan goreng crispy ini hanya dibanderol Rp. 5.000,- saja. Menu di warung ini juga variatif. Ada sayur lodeh tahu putih, sayur lodeh terong, ikan gurami bumbu pedas, ikan goreng crispy dan lauk lainnya.


wiskul ngehits


Untuk makan di tempat tentunya sangat murah. Seporsi makan sepuasnya cukup dihargai Rp. 10.000,- saja. Mau nambah nasi putih dipersilahkan tanpa dipungut biaya lagi. Namun untuk lauk tertentu seperti ikan kakap atau gurami goreng masak pedas dihargai Rp. 35.000,- seporsi. Pasti tempat ini menjadi tempat wisata kuliner yang sangat murah mengingat harga makanannya yang sangat terjangkau. Dan untuk lokasinya, jangan khawatir, meski letaknya di pelosok dan harus melewati jembatan yang menukik, namun Warung Mak Ti ini sudah dikenal google, jadi tidak mungkin akan tersesat untuk sampai ke tempat ini.


ISTANA CAFE & RESTO BLITAR


wiskul ngehits

 

Kalau Warung Mbah Martumi dan Warung Mak Ti terletak jauh di pelosok, berbeda dengan resto ini. Resto ini berkonsep modern minimalis, dengan view persawahan dan pemandangan gunung Kelud. Namun letak resto ini terbilang di perkampungan, di pinggir jalan kecil dan agak jauh dari jalan raya. Namun ownernya berusaha menciptakan suasana resto ini sangat instagramable. Dengan harapan meski lokasinya di kampung namun akan banyak dikunjungi oleh penikmat kuliner.


Ternyata benar adanya, dengan konsep penataan yang bagus, bangunan resto yang berbentuk rumah joglo, ditambah hiasan taman dikiri-kanan, lengkap dengan view sawah dibelakangnya membuat resto ini sering disewa oleh berbagai instansi yang ada di kota Blitar untuk acara gathering maupun acara lainnya. Bahkan untuk menyemarakkan suasana resto ini sering juga diadakan live music demi mengundang banyak pengunjung yang menikmati sajian di resto ini.


wiskul ngehits


Meski letaknya di kampung, yaitu di Jalan Nakula, Kademangan, Blitar, namun menu yang ditawarkan termasuk menu modern kesukaan anak muda. Wajar saja tempat ini kerap disewa untuk pesta ulang tahun anak-anak remaja. Ada ayam bakar, bebek bakar, steak ayam dan steak daging yang endes, ada pula camilan dan aneka minuman yang menyegarkan. Harganya juga variatif, tidak terlalu mahal. Pastinya tidak kalah dengan konsep dan penyajian resto ngehits di kota-kota besar.


Nah, itulah wisata kuliner yang saya kunjungi selama tiga hari mudik ke Blitar.  Bersyukur, meski situasi dalam keadaan pandemi, namun kami masih bisa mengunjungi orang tua dan mertua. Bonusnya kami masih bisa menikmati wisata kuliner yang ada di pelosok kota Blitar. Jujur, untuk mengunjungi tempat wisata masih takut, apalagi melihat kerumunan orang banyak.


Saatnya kembali ke Bali karena liburan telah usai. Kami meninggalkan Blitar saat hujan mengguyur kota kelahiran begitu lebatnya. Berharap kami akan menikmati liburan kembali di kota Blitar disaat pandemi sudah berakhir, supaya bisa berkunjung ke tempat wisata yang masih saya impikan.  Aamiin.

Posting Komentar

12 Komentar

  1. Aku langsung tertuju ke kuliner ayam kampung bumbu londho. Tiap perjalanan selain menikmati wisata alamnya, berburu kuliner juga jadi keharusan ya

    BalasHapus
  2. Iya itu ikan gorengnya bikin saya sampai harus ngezoom, hehehe...
    Ikan jenis apa itu ya yg panjang kecil itu. Lele juga bukan kan ya? Belut apalagi bukan begitu hehehe

    BalasHapus
  3. Klo mudik yg paling diburu slhsatunya adalah kuliner. Soalnya bkn mslh enak atau gak y makanan itu, tp lebih ke nostalgianya

    BalasHapus
  4. Banyak pilihan makanan terus harga terjangkau dan enak pula ya mba. Mantap bener

    BalasHapus
  5. Seru ya mba, mudik bisa sambil hunting kulineran dan di semua daerah ekarang juga mulai berkembang tuh pariwisata lokal, banyak dibuat spot instagramable untuk menarik wisatawan

    BalasHapus
  6. Duh ngiler banget. Lengkap juga ya mba wiskulnya.

    BalasHapus
  7. loh kok aku salfok sama ikan goreng yang panjang itu mba, apa namanya ya? dulu pas trip ke Surabaya pernah juga ada hidangan ikan itu tapi belum tau namanya apa...

    BalasHapus
  8. Makanan ala rumahan gini emang disuka banget ya mba, terutama bagi mereka yang biasa tinggal di kota dan jenuh dengan makanan fast food atau yang ala ala luar negeri. Kalau wong ndeso kayak saya ya udah biasa maem gitu hehehee... Ngangeni bener lah pokmen masakan rumahan gitu.

    Btw mendol tuh apa to mba?

    BalasHapus
  9. Aku jadi teringat pernah jalan darat dari salatiga ke bali, ngelewatin PLTU Paiton itu terperangah saking cakepnya lampu2 disana pas malam hari. Jadi kangen road trip lagi

    BalasHapus
  10. Alhamdulillah, akhirnya bisa mudik ya, Mbak Yuni. Serunya tripnya dan bisa sambil kulineran pula.

    BalasHapus
  11. Aduuuh aku ngiler bangeet dengan semuaa makanan yang ada di sini mbaa.. semua enaak pasti

    BalasHapus
  12. Sajiannya nikmat banget mbak apalagi tahu goreng dan ayam kampung bumbu itu rasanya nikmat banget ya mbak.

    BalasHapus

Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...