Kisah Pengemis Tua

Suatu hari ketika aku akan keluar dari rumah, kulihat seorang pengemis tua berdiri di depan pagar rumahku. Kakek itu berkali-kali mengusap matanya. Entah ada apa dengan kedua matanya hingga berulangkali diusapnya. Lantas suamiku mengeluarkan dua keping uang recehan dari dalam sakunya. 

Aku disuruh memberikannya kepada sang kakek. Namun urung dilakukan.
"Uang itu terlalu sedikit untuk kakek itu", kata suamiku kemudian. Ia kembali menyuruhku memberikan selembar uang lima ribuan.

kisah pengemis tua
credit


Ketika kuberikan uang itu, sang kakek seolah tak bisa melihat. Lalu kukeraskan suaraku agar kakek mendengar. Tak berapa lama diterimanya uang pemberianku. Namun sang kakek tetap diam tak bersuara. Terus kuperhatikan kakek tua itu. Dari tadi ia tetap mengusap-usap kedua matanya dengan tangannya. Aku sangat sedih, karena ketika matanya diusap, ia berharap bisa melihat selembar uang yang baru kuberikan. Tapi...ah...percuma, kakek itu hanya geleng kepala. Lantas ia pun melipat uang tadi dan memasukkan kedalam lipatan celananya.

Mungkinkah kedua mata kakek itu sudah tidak bisa melihat, sehingga harus berulangkali diusapnya? Atau mungkinkah ia tidak bisa berkata, sehingga tak bisa menjawab sapaanku? Sungguh nelangsa hatiku ketika melihat seorang tua renta harus menjadi pengemis jalanan dan berjuang melawan kerasnya hidup.

Aku hanya bisa berdoa, semoga kakek itu tidak terpaksa mengemis di jalanan karena dibuang oleh keluarganya. Semoga saat ini sang kakek mendapat pertolongan dan tidak mendapatkan siksaan dari preman jalanan karena fisiknya yang makin lemah. Sungguh aku tak tega melihat pengemis tua yang hidup menggelandang.

Ini adalah sebuah kisah pengemis tua yang mungkin terpaksa meminta-minta di jalanan karena berbagai alasan. Ada banyak kisah pengemis yang membuat hati merasa iba. Namun tak semua pengemis memiliki nasib malang. Bahkan ada yang pura-pura mengemis agar mendapatkan belas kasihan.

Aku pernah melihat seorang pengemis menggunakan sepeda roda tiga. Bajunya compang-camping. Bahkan dari gerak-geriknya menandakan kalau ia tidak bisa jalan alias lumpuh, sehingga ia hanya bisa duduk diatas sepedanya. Ternyata apa yang kulihat hanya tipuan belaka.

Ia mengelabui banyak orang agar mereka iba padanya, dengan harapan ia bisa mengumpulkan uang banyak dari hasil mengemis. Ternyata setelah kuikuti kemana si pengemis itu pulang, aku pun dibuatnya terkejut.

Rumahnya besar, sapinya banyak. Nyaris tak ada tampang ia seorang pengemis. Tubuhnya sehat, tidak cacat seperti saat ia mengemis. Amat disayangkan bahwa apa yang dimilikinya dari hasil meminta-minta. Padahal andai ia mau berusaha mencari pekerjaan halal, mungkin akan lebih baik. Namun itulah manusia, yang memiliki berbagai cara untuk menumpuk harta kekayaan, meski harus mengubah dirinya menjadi seorang pengemis.

Posting Komentar

0 Komentar