Perangi Hoax Demi Indonesia Lebih Baik

Semenjak wabah covid-19 merebak, bukan hanya Indonesia yang dibuat porak-poranda, bahkan dunia pun merasakan imbas dari virus yang berkepanjangan ini. Ekonomi carut marut, korban satu persatu berjatuhan. Airmata ini seolah sudah tidak bisa ditumpahkan lagi.


hoax tentang covid


Banyak yang kehilangan pekerjaan. Pengangguran merajalela. Tak pelak tingkat kriminalitas makin meningkat. Anak-anak kehilangan keceriaannya. Disaat mereka ingin menapaki dunia pendidikan, lalu bercengkerama dengan teman sebayanya, bahkan ingin mendengarkan langsung guru-gurunya mendongeng, semuanya mendadak berubah total. Mereka harus belajar secara online, yang sebelumnya tidak ada bayangan akan seperti ini. 


hoax tentang covid


Orang tua seketika alih fungsi menjadi guru di rumah. Belum lagi pekerjaan rumah yang komplek, ditambah pekerjaan di kantornya yang harus diselesaikan tepat waktu. Meski semuanya dilakukan secara online, bukan berarti menjadi mudah. Bahkan seringkali waktu 24 jam terasa kurang untuk menyelesaikan semua beban itu.


Yang lebih menyedihkan, ketika akses berita lebih mudah diterima, banyak berita hoax tersebar. Akibatnya rasa ketakutan, kepanikan bahkan stress melanda sebagian besar masyarakat. Contoh kasus yang pernah tersebar, bahwa virus corona ini adalah buatan manusia. Virus ini sengaja dibuat oleh sebuah negara yang ingin menjadi penguasa dunia. Mereka ingin memusnahkan sebagian besar penduduk dunia, dan ingin memulai kehidupan baru dengan populasi yang baru pula.


Bahkan, yang lebih mengerikan ada muatan politik dari menyebarnya virus ini. Pastinya berita ini membuat masyarakat makin panik. Apalagi ketika mendengar berita berantai dari satu WAG ke WAG yang lain, satu persatu ulama, ilmuwan atau ahli bidang tertentu meninggal karena terjangkit covid-19. 


Belum selesai berita yang satu, tersebar lagi berita lain, bahwa tes swab baik itu antigen atau PCR yang diselenggarakan pemerintah seringkali direkayasa. Kadang kita merasa baik-baik saja, namun karena mencoba tes swab, maka hasilnya positif, lalu kita disarankan untuk isolasi mandiri bila tidak ada gejala. 


Sementara anggota keluarga kita yang kebetulan tinggal serumah harus ditracking.  Kemungkinan besar anggota keluarga pun juga dinyatakan positif bila ada satu saja yang terpapar virus ini. Sudah dinyatakan positif covid-19, disuruh isolasi minimal 10 hari. Imbasnya merasa dikucilkan, karena virus ini membahayakan bagi orang lain. Sedih pastinya.


Sudah pasti bagi yang dinyatakan positif covid-19 merasa down. Terlebih bagi mereka yang OTG (orang tanpa gejala). Wajar kan bila kita melihat pemandangan di sebuah tempat isolasi, dimana banyak orang yang berjemur sambil teriak-teriak. Mungkin itulah cara mereka melampiaskan rasa kesal.


Namun dari semua berita yang tersebar, khususnya berita hoax, hendaknya kita harus bisa menyaring kebenarannya. Jangan asal terima berita lalu diserap. Didalam agama Islam, khususnya Al-Qur'an sudah tercantum akan adanya virus mematikan yang menyerang dunia, dan membuat satu persatu penduduk di dunia ini meninggal. Mungkin apa yang terjadi saat ini, adalah cerminan dari ayat-ayat yang ada didalam Al-Qur'an.


Bahkan, dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam juga pernah dibahas tentang virus corona dan siklus hidupnya. Jadi apa yang melanda dunia saat ini rasanya bukan hal baru lagi. Dan bukan lantas kita meyakini bahwa virus ini adalah buatan manusia. Semua yang terjadi di bumi ini telah digariskan oleh Allah SWT. Kita sebagai makhluknya tinggal menjalankan skenario yang ada.


Lalu bagaimana dengan vaksin?


Pemandangan antrian masyarakat berebut vaksin seolah membuat mata kita terbelalak. Disatu sisi ada upaya untuk melindungi diri dari virus yang mematikan ini. Namun disisi lain, mereka tidak sadar bahwa antrian berjubel bisa menimbulkan kerumunan. Inilah yang nantinya bisa menciptakan klaster baru penyebaran covid-19. 


Tetapi rupanya masih saja ada berita hoax seputar pemberian vaksin ini. Ada sebuah kasus dimana seseorang pernah terpapar virus covid-19. Lalu dia sembuh. Tiga bulan kemudian dia divaksin sinovac lengkap dengan dosis 1 ml. Ternyata beberapa bulan kemudian dia kembali terpapar virus ini.


Inilah kadang yang mematahkan semangat sebagian orang untuk mengurungkan niatnya untuk divaksin.

"Ngapain divaksin? Kan sudah pernah kena covid? Katanya kalau sudah pernah kena covid tidak perlu vaksin lagi!"

"Ngapain vaksin? Percuma kan, ikut vaksin lengkap ujung-ujungnya kena covid juga!" 


Kadang pendapat seperti inilah yang membuat sebagian orang tidak mau divaksin. Padahal selama PPKM Darurat ini salah satu syarat sebuah perjalanan adalah memiliki sertifikat vaksin minimal vaksin pertama. Dengan adanya aturan ini, bukannya dipatuhi masyarakat, tetapi banyak yang berkomentar bahwa ini hanyalah aturan menyesatkan. Apa sih maunya pemerintah, kenapa masyarakat dibuat susah berkepanjangan?


Jadi berbicara tentang hoax pasti tidak ada habisnya. Apalagi dengan adanya pandemi berkepanjangan ini. Orang  Jawa bilang Indonesia sedang menghadapi masa pageblug dimana terjadi wabah penyakit berkepanjangan dan banyak anggota keluarga meninggal atau terpapar virus ini. Tentunya banyak pihak tidak bertanggung jawab memanfaatkan situasi yang serba sulit ini.


Sebagai warga negara yang baik mari kita perangi hoax demi Indonesia lebih baik. Kita harus yakin bahwa virus covid-19 ini memang nyata. Terbukti sudah banyak korban. Teman, kerabat bahkan saudara sendiri sudah banyak yang terpapar. Saya pribadi juga pernah terpapar virus ini satu keluarga, dan harus menjalani isolasi di sebuah rumah karantina selama 10 hari. 


hoax tentang covid
Berjemur saat diisolasi - dokpri


Kalau ditanya bagaimana rasanya? Yang jelas saya merasa ketakutan, karena banyak teman yang terpapar tiba-tiba meninggal. Ada juga yang butuh donor plasma darah konsivalen. Namun dengan kejadian itu, saya bersyukur bahwa Allah SWT masih sayang pada saya dan keluarga. Virus ini sekaligus menjadi pengingat agar kita selalu mendekatkan diri pada-Nya seraya berserah diri bahwa apa yang terjadi di dunia ini tentunya seijin Allah SWT.


Jangan sampai abai terhadap virus covid-19, jangan juga ketakutan yang berlebihan. Kita harus yakin bahwa virus covid-19 ini nyata adanya. Makanya kita harus mematuhi protokol kesehatan, dengan memakai masker, mencuci tangan pakai air mengalir dan sabun, membawa hand sanitizer kemanapun pergi, serta jangan mendekati kerumunan.


hoax tentang covid
makanan bergizi saat isolasi - dokpri


Jangan keluar rumah kalau tidak penting sekali. Manfaatkan fasilitas online seperti belanja online dan sebagainya. Hindari kontak dengan orang banyak. Jaga imun tubuh kita agar tetap stabil. Olahraga teratur, bisa dilakukan di lingkungan rumah. Lebih sering berjemur di pagi hari sekitar jam 10 pagi. Dan juga mengkonsumsi makanan bergizi serta vitamin.

hoax tentang covid
pemberian vaksin 1 - dokpri


Tentang pemberian vaksin. Pastinya ini bukan hanya suntik biasa atau tidak ada manfaatnya. Pemberian vaksin baik itu sinovac, astrazeneca dan sebagainya yang diberikan dua kali bukan berarti membuat kita bebas dari covid. Vaksin ini sifatnya penangkal. Andai kita terpapar virus covid-19 maka efeknya tidak separah bila kita belum divaksin, karena vaksin yang disuntikkan ke tubuh kita nantinya akan membentuk zat antibodi dalam tubuh kita. jadi tidak sia-sia kita disuntik vaksin.


Mematuhi anjuran pemerintah dengan tunduk pada protokol kesehatan, menjaga imun tubuh dengan baik atau mendapatkan vaksin merupakan ikhtiar kita agar terhindar dari virus covid-19 ini. Semakin banyak masyarakat yang sadar untuk melindungi dirinya sendiri, tentunya akan tercipta gaya hidup yang lebih sehat. Virus covid-19 pun perlahan akan pergi dari muka bumi ini.


Mari kita bantu Indonesia menjadi lebih baik ditengah gejolak pandemi covid-19 ini tentunya dengan memerangi berita hoax yang gencar beredar secara bebas. Dengan begitu masyarakat dapat kembali hidup makmur dan perekonomian pun berangsur membaik. Salam sehat!

 

 

Posting Komentar

0 Komentar