Mager Atau Tetap Kreatif? Sebuah Pelajaran Berharga Dari Pandemi


Sudah hampir enam bulan kita menjalani hidup yang nyaris berbeda. Herannya pandemi ini bukannya segera berakhir, bahkan menunjukkan gejala yang meningkat. Berbagai kasus seringkali terjadi hampir setiap hari. Melihat kondisi seperti ini rasa takut pun seolah hilang dan berganti dengan kepasrahan. Bahwa semua ini sudah diatur Allah. Kita hanyalah lakon dari skenario yang sudah diciptakan-Nya.

1. Mengapa Anda Bosan?

Bosan? Jenuh? Mager? Pasti rasa itu kini tengah menjangkiti kita. Terlebih bagi ibu rumah tangga yang harus menjalani berbagai peran semenjak WFH ini. Seorang ibu harus berada di rumah sepanjang hari, menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga yang seolah tak ada ujung pangkalnya. Mulai dari membersihkan rumah, mencuci baju yang makin bertambah sepanjang hari, menciptakan menu makanan kreatif sampai mendampingi anak selama mengikuti proses belajar secara daring. 


Belum lagi bagi ibu bekerja yang juga dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas kantornya disela-sela kesibukannya di rumah. Nyaris waktu 24 jam rasanya harus ditambah lagi agar tidak memiliki hutang pekerjaan. Tak ada lagi kesempatan untuk ngemall atau sekedar jalan ke tempat wisata. Disamping takut tertular virus covid-19, pekerjaan di rumah seolah saling berkejaran dan minta diselesaikan tepat waktu.



Inilah yang kadang membuat kita ingin teriak.......
"sampai kapan pandemi ini akan berakhir"? 
Supaya anak bisa pergi ke sekolah setiap hari, panggil guru les untuk bantu belajar dan mengerjakan tugas, supaya bisa pergi ke laudry disaat mama bosan melihat tumpukan baju yang belum disetrika, supaya bisa ngemall, kulineran atau jalan ke tempat wisata yang membuat pikiran ini kembali fresh. 



Ya...rasanya bosan mengerjalan pekerjaan yang itu-itu saja setiap hari. Apalagi jika dihadapkan dengan masalah keuangan. Dengan berdiam diri di rumah, bukan berarti kita bisa ngirit dan menabung lebih banyak dari biasanya. Menghabiskan waktu di rumah, sudah pasti seorang ibu akan berpikir seribu kali lipat untuk menciptakan menu makanan yang menarik. Intinya ibu harus berusaha agar seisi rumah betah dan tidak keluar rumah dengan terpaksa gara-gara masakan ibu kurang pas di lidah.



Ibu harus seringkali masak, karena nafsu makan yang bertambah selama berdiam diri di rumah. Ibu juga harus mencuci baju setiap hari, karena selama pandemi ini seisi rumah jadi sering ganti baju. Bahkan kamar mandi sering dibersihkan, rumah sering di pel. Otomatis pengeluaran setiap bulan juga bertambah. Apalagi jika anak harus mengikuti pelajaran secara daring, orang tua yang juga memanfaatkan internet untuk mengirim pekerjaan kantornya, biaya untuk menambah kuota internet di rumah otomatis juga bertambah.



2. Mengapa Anda Pusing?

Pusing? Pastilah ya. Otak ini bahkan harus berputar, bagaimana supaya gaji sebulan cukup, atau bagaimana cara menambah penghasilan agar semua kebutuhan bisa tercukupi selama sebulan. Belum lagi bagi yang punya bisnis atau karyawan, pasti memikirkan banyak hal. Inilah yang kadang membuat seorang ibu yang kini multifungsi harus tetap survive ditengah pandemi ini. Otomatis keadaan yang sekarang tengah melanda dunia ini membuat rasa bosan seringkali hinggap tanpa kita sadari.



Hanya satu rasa yang baiknya kita pertahankan, yaitu "IKHLAS". Kalau kita ikhlas menerima keadaan yang sekarang terjadi, insyaallah semua pekerjaan dapat kita selesaikan dengan baik, termasuk pekerjaan rumah tangga yang harus kita kerjakan berulang-ulang setiap hari. Mau masak, nyapu, ngepel, ngosok kamar mandi, nyuci, nyeterika bahkan menyiapkan menu makanan yang berganti-ganti setiap hari pasti akan selesai sesuai jadwal, dan kita dapat menikmati setiap prosesnya.





Barangkali saya bukanlah contoh dari cerita diatas. Namun dengan kondisi ini, saya berusaha menempatkan diri semampu saya. Bersyukurnya suami saya mendapatkan gaji dari pemerintah. Meski ikut terdampak, setidaknya ada yang bisa diharapkan setiap bulannya. Namun tetap saja otak saya harus berputar agar penghasilan suami cukup selama sebulan.


3. Harus Pandai Putar Otak 

Suami saya seorang pegawai yang pekerjaannya tidak hanya di satu kota. Saat ini kami menempati rumah dinas. Tidak menutup kemungkinan suatu saat suami akan dipindahtugaskan ke tempat lain. Inilah yang membuat suami mengambil KPR beberapa waktu lalu, sedang proses pembayaran KPR ini dicicil dengan cara dipotong bank. Belum lagi usaha garmen yang dibangun suami sejak tahun 2016. Usaha ini sebenarnya kerjasama dengan temannya, niat awal membuka usaha ini memang ingin memberikan kejutan ke saya, namun akhirnya saya pun tahu dari cerita kakak ipar. 

Terlebih diawal pandemi, usaha garmen ini sempat berhenti karena minimnya pelanggan, sementara bahan baku juga makin sulit dan harga meningkat. Sedang jumlah karyawan lebih dari sepuluh orang. Disinilah akhirnya para owner, yang kebetulan bisnis ini dikelola oleh suami dan temannya, harus memutar otak supaya para karyawan itu tetap bisa bekerja dan berpenghasilan. 

Mulai dari jualan nasi bungkus sampai menerima orderan dalam jumlah kecil, akhirnya bisnis ini mulai bangkit kembali. Permasalahannya satu, yaitu modal. Bisnis ini memang dimulai dengan modal nol rupiah. Ketika orderan mulai berdatangan, kami pun selalu pusing dibuatnya. Orderan dalam jumlah ribuan sayang mau ditolak, tapi kami tidak punya modal, sementara dari pihak pelanggan selalu memberikan DP 30% diawal. Inilah yang akhirnya membuat kami memutuskan untuk pinjam ke bank dengan bunga kecil.

Gaji suami sudah terpotong pinjaman bank, sementara kami juga harus menyisihkan sebagian penghasilan untuk membangun rumah, demi persiapan kalau sewaktu-waktu suami dipindahtugaskan dari tempat dinas yang lama. Anak baru masuk SMA, meski belum tatap muka di sekolah, tetapi diwajibkan membayar uang seragam sekian juta. Kadang otak pun makin buntu kalau harus mikir bersamaan.

Kalau gaji yang diharapkan setiap bulan sudah berkurang banyak, akankah bisa menyambung hidup dengan berbagai kebutuhan? Bisa! Inilah jawaban saya. Kalau kita ikhlas dan selalu mensyukuri nikmat Allah, saya yakin berapapun yang saya terima, insyaallah cukup. Dan menjadi seorang ibu itu harus kreatif, bukannya "mager" ketika dihadapkan pada situasi yang monoton.


4. Sebuah Pelajaran Berharga Dari Pandemi

Seperti yang saya lakukan setiap hari. Saya berusaha memenuhi kebutuhan yang diperlukan dalam keluarga, terutama untuk menu makanan setiap hari. Kadang saya harus memutar otak bagaimana dengan satu bahan bisa tercipta beberapa macam masakan. Sebagai contoh ayam. Ayam ini bisa saya jadikan opor ayam, ayam kecap, ayam goreng tepung alias kentucky atau ayam sisit masakan khas Bali. Demikian juga dengan bahan lainnya.



Dengan menciptakan menu makanan yang bervariasi tentunya harapan saya agar keluarga makin betah di rumah dan puas menikmati masakan yang saya masak dari dapur sendiri. Sedang bagi ibu rumah tangga yang bingung mencari tambahan penghasilan, ternyata banyak cara yang bisa dilakukan meski dari rumah.



Berbisnis online, menciptakan keterampilan yang bernilai jual, membuat kue dan masakan yang bisa dijual atau ngeblog merupakan beberapa contoh yang bisa kerjakan dari rumah dan menghasilkan. Seperti profesi blogger. Dulu sebelum pandemi banyak undangan untuk para blogger, kini ketika aktifitas dibatasi, nyatanya blogger pun tak kehilangan pekerjaan. Banyak pekerjaan berbayar yang kerap ditawarkan oleh agensi, inipun sangat membantu menambah penghasilan para blogger.



Intinya dalam situasi sesulit apapun kita harus tetap kreatif. Menggali ide sambil mencoba menuangkan kreatifitas. Jangan terlalu lama bosan dengan situasi yang monoton, apalagi "mager" alias males gerak, justru inilah yang kelak merugikan diri sendiri. Meski aktifitas kita saat ini terbatas, kita dituntut profesional dalam hal apapun, termasuk urusan rumah tangga. Kalau jenuh melihat rutinitas rumah tangga yang monoton, cobalah ikhlas melakukannya. Andai setiap hari intensitas bertemu dengan keluarga makin sering, syukurilah, mungkin inilah acar Allah membuat hubungan dalam keluarga makin harmonis. Jika kesulitan dalam hal keuangan, maka berusahalah, karena tak ada usaha yang tak membuahkan hasil.



Bukankah kita akan merasa bahagia jika mendapat pujian dari anggota keluarga:
"Ih masakan mama enak banget, makan lagi aaaah...."
Meski toh akhirnya harus berulangkali masak, kalau kita bahagia dan ikhlas, insyaallah kita pun akan terhindar dari stress berkepanjangan. Yuk kita ambil hikmah dari pandemi ini. Sesungguhnya pandemi mengajarkan kita pada banyak hal, terlebih rasa ikhlas dan syukur. 

Posting Komentar

21 Komentar

  1. Setuju Mbak, di kondisi apapun kita gak boleh mager tapi harus tetap kreatif dan berkarya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan pandemi banyak mengajarkan banyak hal. Pasti ada hikmah dibalik sebuah kejadian yang bisa kita ambil

      Hapus
  2. Saya juga setuju. Kondisi apapyn akan terkendali kalau kita menyesuaikan diri. Kalau kuta kreatif pasti kita bisa survive

    BalasHapus
  3. Kreativitas kita sangat dibutuhkan, agar kita bisa menyesuaikan dengan perubahan yg terjadi akibat adanya pandemi Covid-19

    BalasHapus
  4. Harus ikhlas, Mbak. Di balik pandemi, ada sejuta hikmah yang bisa kita ambil. Salah satunya, menumbuhkan daya kreativitas. Pokoknya los dol aja Mbak, yang penting tetep gerak insyaallah rejeki tetap ada.

    BalasHapus
  5. Ikhlas, kata kunci yang penting dimiliki saat ini ya. Dan mau tidak mau, kita harus mengusahakannya agar bisa melewati masa pandemi dengan baik.

    BalasHapus
  6. aku kayanya balance nih antara mager dan produktifnya di saat pandemic kaya gini hihihihi, semoga kedepanya lebih banyak produktifnya hihhi

    BalasHapus
  7. Setuju Mba. Dalam kondisi apapun, selain berserah sama Allah, kita pun tetap perlu semangat dan kreatif. Biarlah lelah lelah hari ini jadi lillah ya Mba. Semangat selalu buat kita semua sepanjang menghadapi pandemi ini.

    BalasHapus
  8. kalau aku melewati dua fase ini kak, waktu awal pandemi beneran mager mau ngapa ngapain cuman beneran berangkat kerja aja, tapi makin kesini tambah kreatif sih.

    BalasHapus
  9. Kadang memang merasa lelah & bosan karena pekerjaan yang monoton ya mbak. Jadi harus ikhlas & banyak2 Istigfar supaya tetap waras.
    Walaupun gak kemana-mana tetap cape juga ternyata di rumah, jadi ambil waktu me time juga di rumah misalnya gak beres2 sementarta tapi nonton film :) Tiap orang punya cara untuk refreshing selam pandemi ya

    BalasHapus
  10. Mantaps nih memang harus gerak cepat bisa beradaptasi dengan semua keadaan yah...

    BalasHapus
  11. Sempat menyesal karena di awalawal masa pandemi tuh saya mager banget :( berbulanbulan gak ada postingan baru di blog..baru di bulan Juni atau Juli, semangatnya muncul... Alhamdulillah sekarang bisa produktif.

    BalasHapus
  12. :) Sebagai sesama istri pegawai pemerintahan, i feel you Mbaaaa :) Saya pribadi kebarengan dengan hamil, jadi pas awal-awal pandemi itu mau ga mau memang harus di rumah, karena "mabuk" hamil hehehe.... Menjelang akhir kehamilan ini, sudah mulai segar badan dan sudah bisa mulai produktif lagi walau di rumah saja syukurlah.... Semoga pandemi segera berakhir dan kita senantiasa sehat ya Mbaaaa....

    BalasHapus
  13. Memang banyak sekali pelajaran hidup yang bisa kita maknai selama pandemi ini mba. Rasanya emang gimana gitu ya berada di rumah terus.

    Untuk yang memang ga suka masak kayak aku tetap aja mba nggak bisa banyak improvisasi hehehe.. Aku lebih banyak mengerjakan hobi lama yang terlupakan : kristik. :)

    BalasHapus
  14. Adem nih bacanya mbak, aku kadang suka ngeluh sendiri capek, ngomel2 geje krn kerjaan RT rasanya makin banyak hahaha :P
    Tapi bener pandemi jgn sampai bikin kita gak ngapa2in, kalau bisa upgrade ilmu ya mbak, mumpung ada fasilitas dan kesempatan jg TFS :D

    BalasHapus
  15. Halo mba Yuni. Kadang sih masih berasa malas gitu deh hehhe . Tapi lama lama aku makin semangat berkreasi :)

    BalasHapus
  16. Sering amazing sama anak-anak dan suami yaa, kak..
    karena kita masak dengan menu yang sederhana, tapi alhamdulillah diterima dan habis.

    Pandemi membuat kita semakin kreatif.

    BalasHapus
  17. saya ngak setuju kalau harus tetap kreatif
    harusnya bisa lebih kreatif
    tantangannya memang manajemen diri yak

    BalasHapus
  18. Baca postingan ini kok rasa rasa nya sama dengan apa yg aku rasa. Makasih suntikan semangatnya ya mba. Bener kita harus tetep kreatif di tengah pandemi ini

    BalasHapus
  19. Tulisannya bikin hati ayem. Suka bacanya dan jadi semangat. Semoga pandemi segera berlalu ya. Meski begitu harus tetap semangat terus dan tetap kreatif untuk bisa melalui masa ini dengan baik

    BalasHapus
  20. Yup saya setuju nih Mbak. Bener dalam kondisi apapun termasuk saat pandemi yang entah kapan berakhirnya ini kita harus tetap bisa menunjukkan kreativitas dan setidaknya juga bisa tetap produktif meski cuma di rumah saja , misal.

    BalasHapus

Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...