EKSPERIMEN PERJALANAN ANTARA MOTOR, BUS MALAM DAN PESAWAT TERBANG

Semenjak suami saya dipindahtugaskan di Denpasar Bali, saya sering pulang ke Blitar.  Di samping jarak yang tidak terlalu jauh, biayanya pun relatif terjangkau.

Bali yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, sangat kental dengan berbagai upacara adat dan ibadah keagamaan.  Tak jarang dalam setahun ada beberapa kali libur panjang.  Inilah yang membuat anak saya memilih berlibur ke rumah neneknya ketimbang berdiam diri di rumah dinas yang kami tempati saat ini.

Pada mulanya saya memilih naik pesawat.  Tiket pesawat Surabaya - Denpasar atau Denpasar - Surabaya bila berlaku tarif normal kurang lebih hanya Rp.290.000/orang.  Namun karena rumah saya di Blitar, saya harus naik travel lagi untuk bisa sampai di bandara Juanda Surabaya.  Sebuah perjalanan yang amat melelahkan, karena saya harus menempuh kurang lebih 4 sampai 5 jam untuk sampai ke bandara.  Kadang kalau jalanan macet, saya harus komat kamit di jalan berharap supaya tidak terlambat sampai bandara.  Sedangkan jadwal travel hanya pada jam-jam tertentu saja, sehingga ketika saya membeli tiket pesawat untuk penerbangan sore, travel yang saya pesan adalah travel yang rutenya di siang hari.

Sebentuk rasa bosan dan jenuh kadang hinggap pada diri saya.  Rasanya tidak sanggup melakukan perjalanan yang seperti itu, kalau bukan karena anak.  Penerbangan yang saya tempuh untuk Surabaya - Denpasar hanya 45 menit, sementara dari Blitar ke Surabaya, saya harus menempuhnya selama 4 - 5 jam.  Wah.....sungguh perjalanan yang melelahkan.

Beberapa kali saya melakukan perjalanan ke Denpasar melalui jalur udara.  Lalu terbersit dalam benak saya untuk menggunakan jalur darat.  Kebetulan niat saya di dukung oleh suami.  Suami saya memang suka menempuh perjalanan Denpasar - Blitar menggunakan sepeda motor.  Lantas suatu hari kami pun ingin bereksperimen melakukan perjalanan menggunakan sebuah motor.






Ternyata, apa yang saya bayangkan sangat jauh dengan kenyataan.  Bahkan saya hampir tidak sanggup meneruskan perjalanan ini kalau tidak terpaksa.  Sepanjang perjalanan kami dihadang oleh hujan deras.  Itulah akhirnya kami terus memakai jas hujan walau cuaca sesekali panas.  Waktu yang kami perkirakan untuk sampai Blitar kurang lebih sekitar 10 jam, tetapi karena hujan deras itu jadi molor hingga berjam-jam.  Andai hujan itu tidak turun, mungkin saya merasa senang bisa menikmati pemandangan selama perjalanan.  Dan bila di tanya ingin mengulangi perjalanan Denpasar - Blitar lagi?  Saya langsung jawab "tidak".  Karena terlalu ribet menurut saya.

Pada akhirnya, ketika melakukan perjalanan Denpasar - Blitar, saya mencoba menempuhnya dengan bus malam.  Pertimbangan saya, harga tiketnya yang lebih murah, perjalanan yang saya tempuh semalam dan bus itu akan berhenti dekat rumah saya.  Jadi sekali jalan tujuan saya sampai.

Ternyata....lagi-lagi saya merasa tidak nyaman.  Bus malam yang ber-AC, yang kelihatannya bersih dari luarnya, ternyata ada sisi-sisi lain yang membuat saya tidak akan mengulanginya lagi menggunakan jasa bus malam.  Terutama pada kamar mandi.  Kamar mandi yang amat kotor, dengan saluran air yang tersumbat....huh....rasanya ingin menyudahi perjalanan kalau melihat keadaan seperti itu.  Belum lagi kondektur atau sopir busnya yang kurang ramah.  Seolah semakin membuat saya tak akan mengulang untuk kedua kalinya.

Inilah kadang yang membuat saya heran, mengapa masyarakat Indonesia kurang menghargai fasilitas umum.  Seolah merasa tidak ikut memiliki, atau tidak mau tahu akan kebersihan fasilitas umum mentang-mentang sudah bayar, akhirnya seenaknya saja memperlakukan fasilitas umum itu.  Andai saja mereka sadar akan rasa memiliki meski bukan milik pribadi, mungkin tempat-tempat umum seperti toilet itu tidak akan kotor.  Sungguh mengenaskan.

Akhirnya.....setelah merasakan eksperimen perjalanan itu, saya lebih memilih menggunakan jasa pesawat terbang.  Meski harga tiketnya agak mahal, kadang bila libur tiba atau hari raya keagamaan, harganya bisa berlipat-lipat, saya merasa lebih nyaman menggunakan jasa ini.  Terus terang dalam melakukan sebuah perjalan, saya lebih memilih kenyamanan di banding nominal biaya yang di keluarkan.  Satu pelajaran lagi yang saya petik dari sini.  Saya harus rajin-rajin menabung untuk membeli tiket pulang kampung bila sewaktu-waktu anak saya ingin berlibur ke rumah neneknya.

Posting Komentar

0 Komentar