Ketahuilah 5 Tips Bijak Menggali Informasi Yang Benar

Ketahuilah 5 tips bijak menggali informasi yang benar.
credit

Dampak pandemi memang luar biasa. Hampir semua sektor porak poranda. Bukan hanya Indonesia, namun dunia kini sama-sama menangis merasakan akibat pandemi yang meluluhlantakkan kehidupan.

Banyak korban berjatuhan. Kehilangan pekerjaan, kehilangan anggota keluarga, seolah menjadi berita yang sudah tidak asing lagi di telinga. Parahnya, dampak pandemi ini telah membuat sebagian orang merasa ketakutan bahkan tiba-tiba stress karena harus menghadapi situasi yang serba menyulitkan.

Anehnya, ditengah situasi yang seperti ini, hembusan berita yang belum diketahui kebenarannya cepat sekali menyebar. Apalagi si penerima berita adalah seseorang yang minim informasi. Otomatis hal ini menimbulkan traumatik atau ketakutan yang mendalam.

Termasuk berita tentang virus covid-19 ini. Kita memang tidak boleh abai terhadap virus ini. Pun juga tidak boleh menyimpan ketakutan yang berlebihan. Bila kita selalu merasa takut dan was-was, bisa jadi akan mempengaruhi imunitas tubuh kita. Namun jangan terlalu meremehkan, atau menganggap tubuh kita kuat dan kebal terhadap serangan virus yang tak kasat mata ini. Baiknya kita tenang, membuat hati dan pikiran selalu senang, namun tetap mematuhi protokol kesehatan.

Yang terjadi saat ini, orang akan semakin takut ke dokter bila tubuhnya merasa kurang sehat. Dia takut dinyatakan reaktif saat di rapid tes. Dan ketika seseorang dinyatakan reaktif saat di rapid tes, lalu dilanjutkan tes swab, maka dia harus siap dikucilkan oleh teman atau tetangga. 

Seperti yang terjadi di komplek saya. Seorang bapak harus menjalani operasi urus buntu di sebuah rumah sakit swasta. Anehnya, si bapak ini dinyatakan positif covid-19. Berita tentang dirinya sudah menyebar hingga di komplek perumahan tempatnya tinggal. Istrinya yang menemani si bapak selama operasi diharuskan isolasi mandiri. Sementara ketiga anaknya tidak boleh beraktifitas di luar rumah. Untuk makan sehari-hari, ada tetangga yang mengantar makanan ke rumahnya, itupun hanya ditaruh diteras rumahnya.

Padahal si bapak ini tidak mengetahui bila dirinya telah dikhabarkan positif covid-19. Begitu dia membaca berita yang sudah tersebar berantai di whatsapp grup, si bapak ini langsung tercengang. Dia tidak habis pikir, siapa yang tega menyebarkan berita hoax alias berita bohong tersebut, hingga dirinya dan keluarganya dikucilkan oleh tetangga sekitar yang takut tertular virus-19.

Ternyata, hal serupa juga saya alami. Ketika saya dan suami harus menghadiri serangkaian acara di sebuah hotel, suami diharuskan menjalani rapid tes. Dari hasil rapid tes menunjukkan tanda atau garis merah yang samar, sehingga pihak medis berkesimpulan suami saya dinyatakan reaktif. Bak petir menggelegar di siang hari mendengar diagnosa awal seperti itu.

Karena tidak percaya dengan hasil itu, akhirnya suami saya mengulang kembali rapid tes di sebuah rumah sakit. Ternyata hasilnya non reaktif. Berhubung dua hasil itu menunjukkan perbedaan, maka suami saya diharuskan mengikuti tes swab. Dengan catatan suami tidak boleh menginap di hotel dan tidak boleh mengikuti kegiatan. Dia harus menjalani isolasi mandiri selama 14 hari. Otomatis suami saya menolak, karena rapid tes ini fungsinya hanya untuk mendeteksi segala macam virus dan bukan untuk mendeteksi virus covid-19. Meski dinyatakan reaktif belum tentu positif covid-19.

Namun berita tentang suami saya yang reaktif ini telah menyebar kemana-mana. Saya sebagai istrinya tiba-tiba menjadi seseorang yang dijauhi teman karena mereka takut tertular virus. Sedih rasanya menghadapi kenyataan ini. Entah bagaimana berita itu tersebar, atau siapa yang menyebarkan berita secepat itu, rasanya membuat saya pasrah meski berada di ujung kecemasan.

Saya pun sempat berandai-andai, hingga tidak mampu lagi berpikir secara logis. Namun alhamdulillah, hasil swab tes yang keluar menyatakan bahwa suami saya negatif covid-19.

Hal serupa juga terjadi pada ibu mertua saya. Dokter praktek yang sempat memeriksa beliau dua minggu sebelumnya, ternyata meninggal karena covid-19. Ibu mertua menjadi salah satu pasien yang dihubungi pihak puskesmas untuk menjalani serangkaian tes swab karena kasus ini. Tercatat ada puluhan pasien yang berobat ke dokter tersebut selama dua minggu sebelum sang dokter dinyatakan meninggal karena covid-19.

Sudah kebayang kan bagaimana stressnya ibu mertua mendengar berita ini. Beliau tampak merenung, sedih bahkan meratapi nasibnya yang setragis itu. Ironisnya lagi, pihak desa pun mengharuskan seisi rumah: bapak dan ibu mertua, kakak ipar dan keponakan harus menjalani isolasi mandiri selama 14 hari. Mereka tidak boleh keluar rumah. Ketika terpaksa harus keluar rumah karena belanja sayur, para tetangga pun enggan mendekat, mereka takut tertular virus yang membahayakan ini.

Ibaratnya hidup dalam keterasingan, dikucilkan dan dijauhi tetangga. Tapi bersyukurlah ibu mertua dikelilingi beberapa cucu yang bisa menghibur setiap saat. Hingga akhirnya hasil tes swab yang menyatakan ibu mertua negatif covid-19, beliau pun bisa kembali bernafas lega. Tetangga akhirnya berdatangan, kembali bercengkerama seperti biasa.

Disinilah perlunya bijak menggali informasi yang benar. Penyebaran virus covid-19 yang kian masif mengundang emosional setiap orang. Berita yang belum pasti kebenarannya pun cepat sekali menyebar. Inilah yang dikhawatirkan menimbulkan kepanikan bagi siapapun.

Tips menggali informasi yang benar.
Ada baiknya ketika kita mendapat broadcast atau mendengar cerita dari orang lain hendaknya bisa melakukan beberapa tips dibawah ini:
  1. Jangan langsung percaya dengan berita yang didapat. Galilah informasi ke sumber berita, seperti darimana dia dapat informasi, apakah benar berita yang disebarkan. Kalau perlu carilah informasi tentang seseorang yang tengah dibicarakan serta tanyakan langsung padanya tentang kebenaran beritanya.
  2. Jangan ikut menyebarkan berita yang didapat. Bila kita langsung telan mentah-mentah berita yang kita dapat tanpa menggali kebenaran informasi, dikhawatirkan berita tersebut tidak benar sehingga merugikan pihak yang diberitakan.
  3. Luruskan kebenaran berita. Bila informasi yang tersebar kurang benar, kita bisa meluruskannya dengan terlebih dahulu menggali informasi yang benar kepada sumber berita atau kepada yang bersangkutan.
  4. Bantulah mengklarifikasi kebenaran berita. Hal ini demi kebaikan seseorang yang diberitakan, sehingga tidak menimbulkan ketakutan publik.
  5. Jangan bersikap masa bodoh bila mendengar berita yang diragukan kebenarannya. Demi kebaikan bersama bantulah menyebarkan berita yang sebenarnya kepada publik.
Dengan melakukan 5 tips diatas, yakinlah bahwa informasi yang tersebar akan akurat, sehingga tidak menimbulkan ketakutan atau keresahan di masyarakat. Terlebih saat pandemi ini, berita hoax mudah sekali menyebar secara luas. Orang terlihat sakit bisa jadi dinyatakan positif covid-19 dan dikucilkan dalam masyarakat, karena masyarakat takut tertular virus. Padahal kenyataannya mereka hanya sakit karena kecapekan.

Sudah pasti saat dikucilkan mereka akan sedih. Coba bayangkan jika hal ini terjadi pada Anda dan keluarga. Maka dari itu mari kita bijak menggali informasi yang benar dari sekarang, agar yang benar tidak diberitakan salah atau bahkan sebaliknya. Menggali informasi yang benar akan membuat kita hidup tenang dan nyaman di lingkungan masyarakat.

Posting Komentar

18 Komentar

  1. Di masa pandemik ini banyak yg parno dan gampang termakan isu-isu ya Mba. Memang dibutuhkan sikap kritis, selalu check recheck, supaya ngga ngerugiin org lain.

    BalasHapus
  2. Setuju.
    Jangan langsung percaya dengan berita yang didapat. . Nah ini ... sering kali karena yang share kita tahu orang cerdas maka kita percaya saja padahal belum tentu benar ya. harus dicek dan ricek.

    BalasHapus
  3. Jahat ya itu yang udah menyebarkan isu. Keponakan saya ada yang positif, Mbak. Begitu hasil tesnya keluar, sepupu saya langsung kasih laporan ke RT sambil memberikan bukti. Tujuannya supaya meminimalkan berita yang simpang-siur

    BalasHapus
  4. Benar sekali Mbak Yuni, pasti mertua merasa sedih sekali dengan kondisi seperti itu. Alhamdulillah ya sekarang sudah lebih baik...
    Semoga jadi pelajaran untuk kita spy tdk mudah percaya berita yg belum tentu kebenarannya
    Pastikan sumber beritanya dulu

    BalasHapus
  5. Setuju untuk tidak langsung percaya suatu berita sebelum menggali lebih dalam ttg kebenarannya. Ttg covid29, waspada itu harus namun juga tidak boleh 'nggebyah uyah' istilahnya..

    BalasHapus
  6. waktu awal pandemi, banyaakkk bgt berita yang masuk ke grup, timeline, dll. Jadi bikin was was, alhamdulillah skrg udah sering difilter mana berita bener atau skedar hoax

    BalasHapus
  7. saya sudah lama nggak mengikuti berita tentang pandemi ini mbak, karena jujur stres sendiri bacanya, jadi saya cuma menerapkan protokol kesehatan dan ga kemana2 aja :)

    BalasHapus
  8. Banyak banget informasi lalu lalang yang beredar di grup WA yang sifatnya diteruskan tanpa dibaca dulu secara detail isinya apa. Main share aja. Sangat disayangkan dan memicu reaksi berlebihan dari orang lain. Semoga kita selalu kekuatan untuk menyerap segala info yang manfaat ya Mbak. Jangan malas baca aja!

    BalasHapus
  9. Tipikal lingkungan tempat tinggal itu macam-macam yaa, kak..
    Beruntung yang tinggal di daerah yang saling bahu membahu. Kemarin mertuanya mas juga sempat positif, kak...karena punya penyakit jantung, jadi mesti di rawat di RSAL.

    Itu kata mas, semua keluarga, teman dan kolega, alhamdulillah gak pernah berhenti kirim makanan. Dan memang sekarang mas menjadi super hati-hati. Saling menjaga keluarga agar selalu mengikuti protokol kesehatan.

    BalasHapus
  10. Kalau ada kerabat atau tetangga yg kena atau suspek dan harus isolasi mandiri malah kasian kalau dikucilkan. Nanti gimana mau cari makan dsbnya. Mestinya malah dibantu ya

    BalasHapus
  11. Saat ini berita ini itu gampang nyebar yes apalagi isu sensitif tapi aku sendiri memang ga terlalu ikut-ikutan sih sebelum tahu kebenarannya dan lebih baik diam , fokus sama kehidupan kita aja soale kalau ikut2an gt dan baca berita yang enggak2 malah jadi stres sendiri hehe.

    BalasHapus
  12. Ya pasti sedih banget dong mba ketika dikucilkan gitu. Gimana nggak sedih kan, udah lah informasinya tidak benar, trus kita jadi terputus silaturahmi. Pedih banget pasti rasanya. Semoga saja makin banyak orang yang bisa menggunakan akal sehat untuk mencari tahu terlebih dahulu sebelum menyebarkan hal-hal yang belum jelas kebenarannya.

    BalasHapus
  13. Betul banget mbak. Masa pandemi gini jangan gampang nyerap informasi yang sumbernya nggak jelas harus pintar-pintar saring informasi kita.

    BalasHapus
  14. Setuju banget mbak.
    Semua info yg diterima jgn pernah langsung diforward tanpa dicerna atau cari berita pembanding.

    BalasHapus
  15. Bukannya saling membantu ya mba malah menjauhi, suka sedih sih kalau ada yang begini. Sok tahu, sok keminter padahal cuma baca dari berita hoax huhuhu...

    BalasHapus
  16. Zaman skrng hoax makin mudah beredar apalagi yang berhubungan sama pandemi ini ya mbak.
    Kalau bukan dari ahlinya saya biasnaya gak berani share/ forward ke org lain.

    BalasHapus
  17. Saring sebelum sharong
    Itu selalu kutanamkan dalam hati
    Nggak mau jadi sok sokan jadi. Terdepan share info
    Karena jika Hoax, ciloko

    BalasHapus
  18. Ibu saya termasuk yang mudah sekali percaya sama berita yang belum jelas asal usul kebenarannya. Terus pas cerita ke saya, biasanya saya kroscek dulu benar atau gak. Tapi kebanyakan selama ini berita yg didapat itu hoax:(. Makanya saya gak capek2nya bilang ke ibu saya bt jangan langsung percaya sama apa yg dishare di grup wa

    BalasHapus

Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...