Liburan Ceria Menguji Kreatifitas Ibu


Semenjak tinggal di Bali, saya sering bingung menuruti permintaan Fawaz (anak semata wayang saya).  Bukan tanpa sebab, Bali yang lebih menjunjung tinggi adat istiadatnya, sudah pasti sebagian besar penduduknya lebih memilih menjalankan ritual keagamaan ketimbang beraktifitas di tempat kerja.


Seperti halnya saat saya tinggal di Papua beberapa tahun silam. Mayoritas penduduk Papua beragama Nasrani, otomatis disanapun banyak hari besar keagamaan yang mengharuskan aktifitas perkantoran libur. Bahkan, demi menghormati peribadatan, sekolah-sekolah juga diliburkan.

Jujur, dua pulau yang saya singgahi ini memberikan pengalaman berharga bagi saya, terutama dalam hal menjaga toleransi antar umat beragama. Lantas, sebagai kaum minoritas, apakah saya merasa terasing dan kesulitan beradaptasi? “Tidak”, itu jawaban saya. Selama saya mampu menghormati dan menghargai adat istiadat di wilayah yang saya tempati, sudah pasti warga sekitar pun akan menghargai dan menjalin hubungan baik dengan saya.

Fawaz bersama teman sekolahnya (dokpri)
Lalu dengan Fawaz? Apa permasalahannya? Susah beradaptasi dengan lingkungan baru? Dari Papua ke Jawa dan akhirnya hijrah ke Bali, tentu menjadi sebuah pertanyaan yang sempat dilontarkan seorang teman tentang pendidikan Fawaz. Namun, saya bersyukur Fawaz tidak mengalami kendala dalam menangkap pelajaran saat harus berpindah ke tempat baru. Bahkan, soal agama pun saya bisa membimbing dan mengarahkannya, sehingga ia tumbuh menjadi anak yang taat beribadah dan rajin membaca al-qur’an meski tinggal di Bali.



rajin sholat (dokpri)
Justru permasalahan yang timbul adalah libur sekolah. Sangking seringnya sekolah libur, sayapun sempat kehabisan akal untuk mengisi waktu liburan bersama Fawaz. Terus terang Fawaz adalah anak yang aktif, ia tidak mau begitu saja menghabiskan waktu liburnya tanpa kesan. Tak mau tinggal diam di rumah, inginnya waktu liburan diisi dengan mengeksplore tempat-tempat wisata serta menikmati wisata kuliner yang ada di area wisata.

Bahkan saya sempat membuat jadwal aktifitas Fawaz saat liburan. Ia yang hobi renang, hampir setiap sore menghabiskan waktunya untuk berenang di kolam renang terdekat. Tak jarang ia meminta saya mengantarkan ke pantai-pantai demi memenuhi hasratnya untuk berenang di pantai yang luas.  Kalau sudah bersentuhan dengan air, maka sayapun harus menyiapkan stok kesabaran demi menungguinya yang berenang hingga berjam-jam lamanya.
Fawaz hobi renang (dokpri)
Berbanding lurus dengan suami saya, rupanya ia lebih sering menghabiskan liburannya dengan touring. Padatnya jadwal rutinitas kantor, ditambah pekerjaan yang makin komplek dari hari ke hari, menjadikannya liburan sebagai sarana untuk menyegarkan tubuh dan ingatan.
keluarga pecinta touring (dokpri)
Ya...kami termasuk keluarga pecinta touring. Semenjak tinggal di Bali, kami sering pulang ke kampung halaman dengan mengendarai motor. Sudah pasti jarak Bali – Blitar sangatlah jauh. Membayangkannya saja seolah tidak mampu melewati perjalanan ini. Namun kami bertiga sudah berulangkali melakukannya. Bahkan ibu saya sempat melarang kami, mengingat Fawaz yang masih kecil, ditambah cuaca sepanjang perjalanan yang tidak menentu, tentu kekhawatiran sebagai orang tua itu selalu ada.

Tetapi, bukan berarti saya tidak mengindahkan nasehat orang tua. Sesungguhnya perjalanan yang kami lalui itu penuh tantangan. Kadang harus diterpa angin malam yang dingin, hujan deras yang membuat jas hujan tak mampu membalut pakaian kami, kadang pula kami kemalaman di jalan. Bahkan rasa kantuk dan rengekan Fawaz pun sering kami hadapi. Akibatnya perjalanan kami butuh waktu yang lebih lama. Demi menghilangkan rasa kantuk, kami singgah di pom bensin untuk sekedar ngopi atau mengisi perut dengan mie rebus. Namun, bila rengekan Fawaz sudah menjadi, kamipun harus mencari penginapan dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya.

Menginap di Paiton Resort Hotel (dokpri)

Sungguh, saya tidak pernah menyesali setiap perjalanan yang kami lalui. Seolah ini menjadi sebuah pengalaman yang akan terus saya kenang. Bahwa deru motor yang kami tumpangi telah membawa kenangan hingga ke kampung halaman. Meski beberapa kali sempat iba membayangkan Fawaz yang harus tidur di motor, sesekali tidurnya terganggu karena rintik hujan yang turun, atau tiba-tiba tersadar saat kakinya terlipat. Namun saya yakin, Fawaz adalah anak yang kuat.

motor saksi perjalanan Bali - Blitar
saat istirahat di Masjid Banyuwangi
(dokpri)

Tidak semua liburan kami habiskan dengan acara pulang kampung. Sesekali kami mengeksplore keindahan alam di Bali. Beberapa kali mengunjungi tempat-tempat wisata di Bali bersama teman atau kerabat. Ke pantai Mertasari, Serangan, Sanur, Kuta, Kedonganan, Nusa Dua atau bahkan ke tempat wisata lainnya seperti Kintamani, Desa Adat Penglipuran, Desa Adat Tenganan, Desa Budaya Kertalangu dan masih banyak lagi. Seolah mengekplore Bali menjadi kegiatan yang tiada habisnya.


Apalagi bila tempat-tempat wisata itu tidak mematok tarif mahal, tentunya kami akan berbondong-bondong mendatanginya meski berbekal naik bus Sarbagita dengan tarif Rp. 2.500,-. Masalahnya iklim di Bali sangat panas. Kadang demam itu melanda manakala kita tidak menyadari kondisi tubuh yang rentan penyakit. Terlebih anak-anak, bila cuaca panas maka mereka akan mengguyur kerongkongannya dengan air es terus-menerus.

Kejadian ini sempat beberapa kali dialami Fawaz. Seringnya mengkonsumsi es di panas terik, ditambah aktifitas renangnya di siang hari, sudah pasti membuat tubuhnya terserang demam. Inilah yang membuat saya sedih. Pasalnya, Fawaz bukanlah anak yang mudah menelan obat saat sakit. Butiran pil pahit yang sudah saya lembutkan terkadang disembur hingga membuat saya harus mengulanginya lagi memasukkan obat ke mulutnya.

tempra mampu meredakan demam (dokpri)
Bersyukurlah seorang teman merekomendasikan obat demam Tempra Forte Paracetamol yang aman dikonsumsi anak, untuk usia 6 tahun keatas.  Dan memang terbukti bahwa Tempra cepat menurunkan demam. Obat ini dijual bebas di apotek dalam bentuk sirup dengan rasa jeruk, yang bebas alkohol dan berkasiat menurunkan panas dan meredakan nyeri, bekerja langsung di pusat panas. Tempra Forte mengandung 250 mg paracetamol yang bekerja sebagai antipiretika pada pusat pengaturan suhu di otak dan analgetika dengan meningkatkan ambang rasa sakit. Dengan demikian obat ini mempunyai indikasi bukan hanya untuk meredakan demam atau nyeri ringan saja, namun juga mampu meredakan sakit kepala dan sakit gigi serta meredakan demam setelah imunisasi.

Dengan obat ini, saya pun tidak perlu susah-susah melembutkan pil dan memaksa Fawaz untuk menelannya. Beberapa demam yang dialami Fawaz ternyata mampu disembuhkan dengan obat berbentuk sirup dengan rasa jeruk. Asal pemberian dosisnya tepat, 3 – 4 kali sehari dan takaran yang diberikan sesuai umur, misal umur 6 – 12 tahun harus diberikan takaran 5 ml – 10 ml, maka demam pun pasti segera reda.

Dari pengalaman ini, akhirnya saya selalu mempunyai persediaan Tempra Forte di rumah demi menjaga kesehatan Fawaz. Bahkan, saat kembali melakukan perjalanan jauh, tak lupa saya bawa serta obat yang satu ini. Liburan memang terasa mengasyikkan bila kita isi dengan kegiatan yang bermanfaat. Sebagai orang tua tentunya waktu liburan adalah saat yang tepat untuk menjalin kasih sayang yang lebih harmonis bersama anak.

Anak adalah aset keluarga. Sudah pasti apapun akan kita lakukan demi anak. Tidak hanya soal pendidikan, namun kesehatan dan memberikan kesempatan untuk berlibur juga menjadi prioritas demi tercapainya keseimbangan hidup. Jangan hanya menuntut pendidikan, nilai harus bagus, harus mengikuti berbagai ekstrakurikuler, harus ikut bermacam-macam les, sementara kebebasan anak tidak diperhatikan. Anak juga butuh refreshing, ingin mengisi liburannya dengan mengunjungi tempat wisata atau menyalurkan hobinya. 

Namun apa jadinya bila anak tiba-tiba demam saat liburan? Liburan tak akan menyenangkan bila anak terserang demam. Sebelum demam melanda anak dan kita kehilangan moment kebersamaan dengannya, tentunya sebagai orang tua kita harus siap sedia.

Inilah yang membuat saya harus benar-benar menjaga kesehatan Fawaz. Bukan hanya soal obat demam, namun makanan dan fasilitas yang dimilikipun harus saya perhatikan. Terus terang beberapa hari lalu saya sempat sedih, karena keteledoran saya sebagai orang tua yang tidak memperhatikan ban sepedanya yang kempes. Fawaz pun harus mengalami cidera tangan, kaki dan dagu gara-gara jatuh dari sepeda setelah dikejar anjing.

akibat jatuh dari sepeda (dokpri)
Lalu bagaimana saya menyiapkan liburan Fawaz agar terasa menyenangkan?
Obat-obatan
Sejak dulu saya selalu menyiapkan obat-obatan saat bepergian. Minyak kayu putih, minyak angin, betadine, handyplas, kapas dan obat demam seperti tempra forte, selalu saya bawa kemanapun saya pergi, yang saya masukkan dalam sebuah kantong kecil terpisah agar mudah dikeluarkan sewaktu-waktu membutuhkannya.

tempra obat demam andalan keluarga (dokpri)
Peralatan mandi
Sabun cair, shampo, handuk, beberapa stel baju ganti, beberapa buah kantong kresek, sisir, cermin, tissue, inilah yang saya anggap sebagai peralatan mandi yang selalu menemani perjalanan saya. baju ganti khusus untuk Fawaz yang selalu berenang setiap melihat pantai. Sementara kantong kresek sangat berguna sebagai wadah pakaian kotor.

aneka perlengkapan (dokpri)

Jas hujan, sepatu karet dan payung, serta perlengkapan lainnya
Sebagai keluarga pecinta touring, barang-barang ini selalu siap tersedia. Apalagi bila melakukan perjalanan jauh dengan cuaca yang tidak menentu, sudah pasti kami harus mempunyai jas hujan masing-masing. Sepatu karet pun juga siap untuk menutup kaki agar tidak basah oleh air hujan. Sedang payung lipat, tetap saya siapkan dalam segala suasana, baik saat touring maupun bepergian bersama teman. 

Dan yang tak kalah pentingnya adalah membuat motor sebagai tempat tunggangan yang nyaman bagi Fawaz. Maklum bepergian membawa anak, tentunya harus membekalinya dengan celana panjang, kaos kaki, jaket tebal, kacamata, helm dan bantal sebagai sandaran kepalanya

jas hujan (dokpri)

Bekal Makanan dan bahan bakar kendaraan
Terus terang kreatifitas saya diuji saat liburan. Terutama saat menyiapkan bekal untuk berlibur. Demi menjaga kesehatan, saya tidak malu hanya numpang makan di tempat umum dengan bekal makanan yang saya bawa. Kadang sempat terbersit pertanyaan, mengapa harus bersusah payah membawa bekal dari rumah, di jalan banyak penjual makanan?

Ini adalah pengalaman saya saat kemalaman di jalan tempo hari. Bekal makanan sudah habis, sementara Fawaz merengek karena lapar. Terpaksa motor kami berhenti di sebuah masjid demi mengejar penjual cilok. Entah karena masuk angin atau peralatan memasak yang kurang bersih, setelah menyantap cilok, Fawaz pun mengeluh sakit perut.
demi sebungkus cilok (dokpri)
Dari sinilah akhirnya saya berprinsip bahwa liburan paling mengasyikkan itu manakala saya juga menyiapkan bekal makanan dan minuman. Ternyata, apa yang saya lakukan tidak sia-sia. Sayapun menemukan menu sederhana yang menjadi makanan favorit suami dan Fawaz. Puding labu dan macaroni schootel goreng, itulah kesukaan mereka. Barangkali ada yang ingin meniru saya, berikut saya bagikan resepnya.

Puding labu

dokpri

Bahan:
  1. Satu bungkus agar-agar putih
  2. 1/8 labu kuning, rebus hingga empuk dan haluskan
  3. 6 – 7 sendok makan gula pasir
  4. 2 sendok makan susu kental manis
  5. 1 gelas santan dari ½ butir kelapa
  6. 2 sendok teh tepung maizena yang telah dilarutkan dalam air
  7. 1 lembar daun pandan
  8. Air putih secukupnya

Cara membuatnya:
  1. Sediakan sebuah panci, tuang agar-agar lalu tambahkan labu kuning yang sudah dihaluskan.
  2. Masukkan semua bahan, gula pasir, susu kental manis, santan, cairan tepung maizena dan air kurang lebih 2 – 3 gelas.
  3. Aduk semua bahan hingga bercampur rata, lalu nyalakan api sedang. Jangan lupa masukkan selembar daun pandan untuk menambah aroma wangi alami. Aduk terus adonan hingga meletup-letup, puding pun sudah matang.
  4. Saring puding, tuang kedalam cetakan puding.  Diamkan beberapa saat sampai dingin, lalu masukkan kedalam lemari es.
  5. Bila puding telah mengeras, silahkan dipotong sesuai selera. Puding labu siap disantap, akan terasa nikmat bila disantap dalam keadaan dingin.


Sedang resep macaroni schootel goreng seperti dibawah ini:

Macaroni Schootel Goreng


Bahan:
  1. 1 bungkus  kecil macaroni
  2. 2 sendok makan susu kental manis
  3. 2 siung bawang putih
  4. 1 buah bawang bombay kecil, rajang halus
  5. 2 tangkai daun seledri, rajang halus
  6. 1 buah wortel potong korek api
  7. Tepung terigu secukupnya
  8. 2 butir telur
  9. 1 bungkus tepung roti
  10. Garam secukupnya
  11. Minyak goreng secukupnya

Cara membuatnya:
  1. Siapkan wadah, masukkan macaroni lalu tambahkan air, masak hingga macaroni empuk.
  2. Haluskan bawang putih, rajang halus bawang bombay.
  3. Bila macaroni telah empuk, masukkan kedalam wadah, campur dengan bawang putih, bawang bombay, rajangan seledri, potongan wortel, susu kental manis, tepung terigu, garam dan satu butir telur. Aduk semua bahan hingga bercampur rata.
  4. Siapkan loyang persegi panjang. Olesi permukaannya dengan margarin atau minyak goreng. Lalu masukkan adonan yang telah tercampur rata.
  5. Siapkan dandang berisi air, lalu kukus adonan kurang lebih 20 menit hingga matang.
  6. Bila telah matang, tunggulah sampai dingin dan macaroni kukus bisa dikeluarkan dari loyang persegi. Setelah itu potong sesuai selera.
  7. Potongan macaroni dicelupkan kedalam putih telur dan dibalut tepung roti secara merata.
  8. Siapkan penggorengan, lalu goreng potongan macaroni kukus hingga kecoklatan.
  9. Bila sudah matang, sajikan macaroni schootel goreng bersama saos sambal.


Disamping menyiapkan bekal makanan, tentu saya membawa serta bekal minuman, agar Fawaz tidak sembarangan jajan es yang dapat meminu demam secara mendadak. Kebiasaan seperti inilah yang membuat saya harus membuat daftar barang bawaan jauh hari sebelum acara liburan tiba. Kadang suamipun tertawa geli, saat mendapati barang-barang itu sudah tertata rapi didalam tas besar.

Satu hal yang tak boleh terlupakan yaitu menyiapkan bahan bakar motor. Motor matic saya berbahan bakar pertamax, belum tentu sepanjang perjalanan yang kami tempuh mudah mendapatkan pertamax. Dari sinilah akhirnya suami selalu membawa bekal pertamax yang sudah dimasukkan dalam jerigent kecil dan tersimpan rapi dalam jok motor.

Inilah cara saya menyiapkan liburan bersama keluarga kecil saya. Mengingat di Bali sering libur, sayapun jadi terbiasa mengatur jadwal liburan. Jauh-jauh hari telah membuat list barang bawaan, bahkan menjelang hari H saya seringkali begadang demi menciptakan kreasi di dapur. Bagi saya, liburan ceria itu membuat kreatifitas saya sebagai ibu diuji. Bagaimana dengan bunda? Apakah sependapat dengan saya? Yuk sharing cerita liburan disini sambil bertukar pengalaman, siapa tahu menginspirasi.



"Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Taisho."

Posting Komentar

37 Komentar

  1. Wah, ceritanya lengkap bingits mba Yuni..jadi pengin nyobain resepnya.. :)

    BalasHapus
  2. Mau nyoba resepnya mba Yuni ah.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan mba, ini resep kesukaan anak dan suami saya

      Hapus
  3. Senengnya fawwaz punya Ibu kayak mbak Yuni, perhatiaan sangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soalnya fawaz mudah tergiur dengan jajanan di luar mbak. Namanya emak2 pasti ingin ngirit ya mbak sambil konsen ke kesehatan anak

      Hapus
  4. Fawaz keren ya, sering ikut touring. Pasti staminanya selalu fit. Semoga menang ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak fawaz selalu ikut touring, Bali - Blitar sudah sering kami lalui dengan segala liku2 di jalanan... Alhamdulillah kami kuat... Terimakasih mbak Prima

      Hapus
  5. Puding labunya kayanya enyak.tuh mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Puding labu enak bila disantap dalam keadaan dingin mbak Muna...

      Hapus
  6. Alhamdulillah ya Mbak, walaupun tinggal di Bali, anak2 tetap Soleh & solehah. Enaknya di Bali banyak tempat berlibur, pasti asyik banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak saya bersyukur anak saya masih mau menjalankan ibadahnya meski di bali

      Hapus
  7. Fawwaz suka berenang, sudah ikut klub renang ya mbak?
    sangat menunjang ya kalau hobi berenang di laut Bali yang cantik

    good luck ngontesnya ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak ikut klub mbak tapi sudah diajarin bapaknya renang jadi sudah bisa renang... Terimakasih mbak

      Hapus
  8. Main ke Bali Mba nanti kita eksplore keindahan alamnya.. .

    BalasHapus
  9. Aaa aq suka salut sama ibu2 kreatif, semangat teruuusss.
    dede fawwaz sehat2 ya, semoga liburannya selalu ceria

    BalasHapus
  10. Puding labunya wajib dicoba tuh ��

    BalasHapus
  11. wih, keren keluarga touring, jadi ingat ortunya temen..
    Ibunya kreatif sekali, sehat2 terus ya sekeluarga, tetaplah rajin shalat fawwaz

    BalasHapus
    Balasan
    1. Liburan kita suka touring mbak... Sambil bawa masakan dari rumah dan dimakan saat di jalan terasa lapar....
      Amin terimakasih doanya mba

      Hapus
  12. Ihiiir..asiknya fawwaz punya momy seperti dirimu .. penuh petualangan seru

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini akibat tidak bisa diam di rumah mbak, memanfaatkan waktu untuk mengeksplore Bali dengan segala keindahannya sama kan seperti mbak Sri....

      Hapus
  13. hua keluarga pecinta touring ternyata, btw, fawwaz umur berapa ya mbak? semoga senantiasa sehat semuanya jadi liburannya selalu menyenangkan jangan ada anak yang demam deh pas liburan biar tenang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. umur 11 tahun mbak, tapi badannya besar banyak yang ngira sudah SMP hehehe......iya mbak sehat itu sangat penting agar kita tidak kehilangan moment liburan bersama anak.

      Hapus
  14. Mau nyoba bikin puding labunya ah...😀iya mbak... tempra memang sahabat ibu2 ketika anak terserang demam ya hehe....

    BalasHapus
  15. Keren mbak, kecil-kecil Fawaz sudah punya jiwa aktif traveling dan bertualang. Tetap sehat ya mbak sekeluarga, btw saya jadi penasaran mau nyoba resepnya ^^

    Makasih sudah berbagi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kami sering travelling untuk mengisi liburan mbak... Silahkan dicoba resepnya.... Terimakasih

      Hapus
  16. Puding labunyaaaaaaaaaaa... Glegh, iiih aku pengennya minta mbaa, hahahah males bikin.. *pemalesan*

    BalasHapus
  17. hihi sama kayak mak sandra, puding labunya menggodaaah

    BalasHapus
  18. Wah ada resepnya juga... mau nyoba ah :)

    BalasHapus

Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...