Gagal Touring

Boleh jadi liburan kali ini adalah liburan terpanjang selama kami tinggal di Bali. Liburan kenaikan kelas bersamaan dengan libur lebaran dan libur hari raya umat agama Hindu. Harusnya saya bisa memanfaatkan waktu liburan dengan makin produktif menulis. Nyatanya tidak sama sekali. Bahkan hampir satu bulan saya off ngeblog. Semua lomba blog terlewatkan. Lantas kemana saja hingga menghilang dari dunia perbloggingan?

Tadinya saya mempunyai rencana untuk touring Bali - Blitar bersama suami. Kali ini masih sama seperti touring sebelumnya, yaitu mengendarai skutik gambot. Bedanya saya bermaksud mengendarai sendiri. Wiiiih....pasti semua pada kaget. Mana kuat? Jauh lho!  Perempuan lagi!......Itu komentar beberapa sahabat yang mendengar niat saya.


Terus terang niat saya ini sudah lama terpendam. Saya terinspirasi oleh pasangan suami istri yang masing-masing mengendarai harley davidson. Mereka membuat saya berangan ingin mengikuti jejaknya. Meski tidak harus mengendarai motor yang sama, setidaknya saya masih punya nyali. Akhirnya, tahun ini, kebetulan suami ada rezeki, maka dia membelikan saya sebuah skutik gambot yang lagi trend saat ini, yaitu "Yamaha NMax 150cc". Cocoklah kalau motor suami saya "Honda PCX" disandingkan dengan "Yamaha NMax".

Hasil gambar untuk gambar honda pcx dan yamaha nmax
sumber: otomotif.news.viva.co.id
Lalu apakah niat saya terlaksana?
Ternyata semuanya gagal. Liburan kenaikan kelas yang bersamaan dengan bulan Ramadhan, membuat Fawaz ingin segera pulang ke Jawa. Ia ingin berkumpul dengan sahabat lamanya dan melaksanakan ronda malam seperti puasa tahun lalu. Jadilah saya mengantarkannya ke Jawa, ke rumah ibu saya. Dua kali ronda berhasil dilaksanakan Fawaz bersama teman-temannya. Hingga beberapa hari kemudian, saya menitipkan Fawaz pada ibu saya. Saya memang sengaja meninggalkannya di Jawa, agar ia bisa hidup mandiri tanpa saya disampingnya.

Beberapa hari saya tinggal di Jawa, Fawaz terlihat mulai resah. Setiap saat ia menelpon saya. Padahal waktu awal saya tinggal, ia yakin akan baik-baik saja di rumah neneknya. Bahkan, sebelum saya tinggal kembali ke Bali, seekor kucing Persia yang manis juga sudah saya belikan sesuai permintaannya. Dan tanpa saya duga sebelumnya, Fawaz pun jatuh sakit. Ibu saya kebingungan, karena setiap malam ia selalu mengigau memanggil saya dan papanya. Bahkan, panas badannya tidak kunjung turun.

Akhirnya, saya kembali ke Blitar menjemput Fawaz. Melihat keadaannya yang lemas, saya tidak tega meninggalkannya. Barangkali ada beberapa faktor yang menyebabkan ia sakit. Selain perbedaan cuaca dan suhu udara antara Bali - Blitar, tenaga yang terlalu diforsir untuk mengikuti ronda malam, ia juga tidak bisa terpisah dari orang tuanya. Dan butuh waktu yang cukup lama untuk memulihkan keadaannya. Sampai disini, akhirnya saya pun mengalah demi anak.

Demi membuat Fawaz kembali ceria, akhirnya saya mencarikan hiburan yang murah meriah, yaitu mengajaknya bermain ke rumah tetangga sebelah. Ya....tetangga sebelah rumah adalah seorang wanita yang kini sudah berusia 56 tahun. Beliau mempunyai cerita masa lalu yang menyedihkan hingga akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang suster dan tidak menikah selamanya.

Di dalam rumahnya yang sangat luas, beliau hidup seorang diri. Ada beberapa orgent yang menjadi temannya mengusir sepi. Hari-harinya diisi dengan mengajar les privat baik pelajaran sekolah maupun menyanyi dan bermain alat musik. 

Ternyata dengan berkunjung ke rumah beliau, saya mendapatkan banyak pelajaran. Tadinya saya beranggapan bahwa seorang wanita yang memutuskan tidak menikah, tentunya ada rasa iri bila melihat wanita lain telah berkeluarga dan hidup bahagia. Tadinya saya juga beranggapan bahwa beliau tidak suka anak kecil. Semua anggapan saya salah besar. 

Dari beliau saya belajar tentang arti hidup. Bahwa hidup itu harus dinikmati dan jangan dibuat susah. Lakukan apa yang ada didepan mata dengan segenap kemampuan kita. Dan jangan berpikir tentang segala hal yang kita sendiri tidak mungkin melakukannya, karena hal ini akan membuat diri kita merasa sakit atau putus asa.

Tentang anak....anak ibarat kertas putih tanpa dosa. Ia harus diperlakukan dengan baik, jangan dimarahi atau dicaci. Buatlah anak selalu bahagia. Manusia dewasa saja akan marah dan sakit hati bila dicaci, apalagi anak. Makanya jangan sekali-kali memarahi anak, karena bisa jadi ia akan melawan.

Bahkan, saya sangat tercengang melihat beliau memperlakukan Fawaz demikian lembutnya. Fawaz yang terlihat agak sakit diberinya beberapa petuah agar cepat sembuh. Saya merasa masih jauh dari sempurna menjadi seorang ibu. Teringat kekasaran saya manakala melihat Fawaz berulah. Rasanya memang saya harus belajar menjadi ibu yang baik dari seorang suster.

Apalagi ketika beliau dengan santunnya memperlakukan tamunya, saya demikian terkesima. Beliau mengajak saya menyanyi bersama dengan iringan orgentnya. Menurut beliau, dengan menyanyi segala beban bisa perlahan sirna.

Bukan hanya itu. Ketika saya mengamati setiap sudut ruangan di rumahnya yang bersih dan tertata rapi, beliau pun menyampaikan bahwa rumah harus dibersihkan setiap hari. Mengapa? Membersihkan rumah setiap hari lebih ringan ketimbang membersihkannya seminggu sekali, karena debu yang menempel lebih sedikit dibandingkan bila dibersihkan seminggu sekali atau lebih.

Dan perjumpaan saya yang sehari itu, ternyata berlanjut setiap hari. Saya berkunjung ke rumah beliau, menemani beliau membersihkan rumah, sharing banyak hal, terakhir menemani beliau menyanyi. Ternyata...bersama beliau hati saya juga merasa tenang.

Akhirnya....touring yang saya rencanakan ternyata gagal. Meski sedikit kecewa, ternyata ada hikmah dibalik kegagalan touring saya. Memang sejak awal, rencana saya ditentang banyak orang, walau suami sendiri sebenarnya sangat mendukung. Ya.....saya banyak mendapat pelajaran dari seorang wanita paruh baya yang mengajari saya banyak hal terutama tentang kehidupan.

Posting Komentar

9 Komentar

  1. Banyak sekali pelajaran kehidupan dari ibu itu ya Mbak...yang dapat menjadi panduan dalam hidup kita.. Aku gak punya asisten rumahtangga, segala sesuatu kukerjakan sendiri.. kadang2 gak nyapu rumah krn pagi2 aku harus brgkt ker.. pulang lagi ke rumah sdh malam krn rumahku di pinggir kota dan aku setiap hari mampir dulu di rumah orangtua menanti suamiku pulang kerja, makanya abis isya baru pulang ke rumah sendiri..

    BalasHapus
  2. Luar biasa.. Tetangga yang kaya pengalaman hidup.. Gagal touring namun tetap mendapat banyak pelajaran bermakna mbaaa..

    BalasHapus
  3. walau gagal touring tak apa yg penting sudah mendapatkan banyak ilmu dari wanita paruh baya itu :)

    BalasHapus
  4. Ada yang lebih penting dari touring ya.

    BalasHapus
  5. liburan ga harus juah2 ya mba, cape dan boros. saya jg seringnnya di rumah ko main di lapangan, ke rumah saudara di blok lain atau bikin kegiatan yg menarik d rumah. maaf lahir batin yaa

    BalasHapus
  6. Sabar mbak, mungkin bisa diagendakan lain waktu... :D

    BalasHapus
  7. touringggg...sedari jaman unyu saya pengen banget touring. Tapi kalau skrg, body yg gak kooperatif klo touring

    BalasHapus
  8. Mungkin dilain kesempatan mbak... :)

    BalasHapus
  9. Kadang ego kita muncul mana kala melihat ibu2 lain bisa pergi tanpa anak2 kemana-mana, entah traveling, entah touring, tanpa henti. Memang butuh keadaan atau seseorang utk mengembalikan fokus kita ke mana yg lebih penting.

    BalasHapus

Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...