TULISANKU YANG DI MUAT DI MAJALAH SEKAR

Majalah Sekar menerima tulisan pembaca pada rubrik "Kata Hati" dengan persyaratan: tulisan adalah kisah inspiratif kehidupan, panjang tulisan 300 kata, di akhir tulisan cantumkan nama, email, no hp dan no rekening.  Kirimkan tulisan ke sekar@gramedia-majalah.com.  Bila tulisan kita diterima kurang lebih sebulan kemudian akan mendapat email dari redaksi.  Dan untuk honor akan diterima sebulan setelah pemuatan di majalah.

Inilah tulisan saya yang di muat di rubrik Kata Hati.
------------------------------------------------------------------------------------------------


Suatu hari saya merasa sangat jenuh dengan pekerjaan menjadi ibu rumah tangga.  Pekerjaan yang tiap hari itu-itu saja dan harus saya lakukan berulang-ulang tanpa ada putusnya.  Kemudian saya putuskan untuk satu hari itu total berhenti dari pekerjaan yang menjenuhkan itu.  Alias hanya berdiam diri di dalam kamar sambil menonton acara favorit saya di tv.  Untuk masalah dapur saya putuskan untuk membeli di warung sebelah, toh pikir saya masakannya juga sama seperti yang saya masak tiap hari.  Tinggal mengeluarkan uang, dapat deh sayur lengkap dengan lauknya, tanpa harus susah payah mengupas bumbu dan meng-uleg-nya di dapur.
            
 Ternyata, keputusan saya itu bukanlah keputusan yang tepat.  Memang saya bisa benar-benar bebas dalam satu hari itu.  Namun di sisi lain ada ketidakpuasan yang saya rasakan.  Pekerjaan jadi numpuk.  Masakan yang saya beli dari warung sama sekali tidak ada yang menyentuh.  Suami dan anak saya bilang kalau masakan saya lebih enak di banding masakan warung, yang akhirnya mereka kembali ke telur ceplok dan mie rebus.  Sementara di pagi harinya saya harus kelabakan menyetrika seragam kerja suami dan seragam sekolah anak.  Bahkan rumahpun jadi kotor tak terurus.
             
Dari situ akhirnya saya menyadari bahwa salah satu kodrat wanita adalah menjadi ibu rumah tangga yang baik bagi suami dan anaknya.  Predikat ibu rumah tangga akan selalu melekat dan menjadi pekerjaan yang tak tergantikan.  Seorang ibu akan menjadi malaikat bagi keluarganya.  Memang tidak ada patokan berapa harga menjadi seorang ibu rumah tangga, karena ini adalah sebuah pekerjaan yang memerlukan ketulus-ikhlasan alias tanpa bayaran.  Sebagai gantinya, sebuah pahala yang teramat besar kelak akan diterima bila seorang ibu bisa membuat orang-orang yang dicintainya merasa nyaman dan bangga padanya.   

Lantas saya berpikir, andai saya tidak masak hari ini, mau makan apa anak dan suami saya.  Andai sekali, dua kali bisa beli masakan di warung, apakah gaji suami cukup untuk membelinya selama sebulan, sementara saya sendiri tidak bekerja.  Andai saya tidak mencuci pakaian hari ini, itu artinya keesokan harinya cucian saya menumpuk.  Demikian juga dengan setrikaan dan pekerjaan lainnya.  Saya harus ikhlas melakukannya, pikir saya.
            
Akhirnya muncullah ide saya untuk menyusun sebuah jadwal kegiatan rumah yang saya tulis dalam selembar kertas dan saya tempel di ruang makan.  Ketika suami saya melihatnya, dia hanya geleng-geleng sambil manggut-manggut.  “Ternyata tidak hanya pegawai kantoran atau anak sekolah yang punya jadwal, ibu rumah tangga pun malah lebih padat jadwalnya, hehehe.”
             
Dan ternyata jadwal yang saya buat tidak sia-sia.  Saya benar-benar terbantu dengan jadwal itu.  Artinya saya bisa melaksanakan pekerjaan rumah tangga sesuai dengan jadwal dan menyelesaikannya tepat waktu.  Bukan berarti 1 x 24 jam saya bekerja penuh, melainkan ada waktu senggang yang saya gunakan untuk tidur siang atau sekedar nonton tv, sementara di malam hari tidurpun juga tidak terlalu larut, karena keesokan harinya saya harus bangun pagi-pagi untuk kembali beraktifitas.
            
Sebelum shubuh saya sudah bangun untuk memasak.  Begitu adzan shubuh saya laksanakan sholat shubuh.  Selesai sholat saya lanjutkan masak dan menyiapkan perlengkapan suami dan anak.  Jam 6 pagi semua sudah beres.  Memandikan anak, kemudian memakaikan bajunya, menyuapi sampai akhirnya mengantarnya ke sekolah saya lakukan sampai jam 7.  Suami pun juga berangkat ke kantor dalam keadaan sudah sarapan pagi.  Setelah itu saya kembali kerjakan pekerjaan seperti menyapu halaman, menyapu lantai dan mengepelnya, mencuci dan menyetrika.  Jam 9 pagi semua sudah beres.  Artinya saya masih mempunyai waktu 3 jam untuk santai sebelum menjemput anak di sekolah.  Siangnya saya mengurus anak sampai dia tidur, lalu sore harinya menyiapkannya untuk pergi ke TPA.  Sementara malam harinya saya gunakan waktu khusus untuk mengajari anak mempersiapkan mata pelajaran keesokan harinya.   

Demikian saya lakukan berulang-ulang setiap hari.  Saya merasa semua pekerjaan bisa terselesaikan tanpa rasa jenuh.  Bahkan dengan adanya jadwal kegiatan rumah yang saya buat, membuat saya semakin disiplin waktu.  Artinya saya bisa mengerjakan pekerjaan tertentu sesuai jadwal yang saya buat.  Bila saya melanggar jadwal itu sama halnya dengan menunda pekerjaan, yang akhirnya beban saya keesokan harinya akan semakin banyak.   

Dari sinilah saya bisa konsisten dalam banyak hal, seperti disiplin waktu, konsisten mengatur keuangan keluarga dan terakhir keluarga saya merasa nyaman.  Mereka semakin menyayangi saya.  Mereka merasa saya memperlakukannya seperti raja.  Bahkan ketika mereka membutuhkan sesuatu saya pun telah mempersiapkannya.  Tak jarang, suatu ketika, mereka menghadiahi saya sebuah kecupan manis.  Ya, walau hanya sebuah kecupan, bagi saya itu sangat berharga.  Artinya, mereka puas dengan kerja keras saya seharian melayani mereka.  Inilah pentingnya menyusun jadwal kegiatan rumah.   

Di samping semua pekerjaan rumah bisa terselesaikan dengan baik, keluarga juga tambah sayang dan cinta pada saya.  Saya pun semakin senang dan tidak akan pernah malu menyandang predikat sebagai “ibu rumah tangga.”[]Sri Wahyuni


Posting Komentar

1 Komentar

Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...