Ada Yang Menyatroni Rumahku

Sudah tiga hari ini tamu tak diundang itu mengacak-acak tanaman di depan rumahku tanpa permisi. Bahkan sebagian dari tanaman itu tanpa kenal ampun dibabatnya habis. Duh serasa tandukku ingin kukeluarkan dan menumpas habis para perusuh itu.

Tapi aku bukanlah manusia yang tak punya perasaan, yang tega menumpas habis perusuh yang datang tiba-tiba itu. Bukankah Allah menyukai umatNya yang menyayangi makhluk hidup? Dan aku tak mau azab Allah menimpaku lantaran dendamku pada makhluk yang menggerakkan ini.



Tahukah sobat makhluk jenis apa yang menghabiskan seluruh tanaman yang sengaja ditanam suamiku? Mereka adalah segerombolan sapi yang dibiarkan berkeliaran di rawa depan rumahku. Entah mengapa mereka tega menyatroni rumahku tiga hari belakangan ini? Ato mungkin melihat hijaunya dedaunan dan lebatnya tanaman yang menghiasi halaman rumahku, akhirnya mereka tergiur ingin menjamah milikku.

Bukan sapi-sapi yang patut dipersalahkan. Harusnya pemiliknya yang diberi peringatan agar piaraannya tak dibiarkan menjamah tanaman orang lain. Sapi bukan manusia, jadi wajar saja bila mereka tak berakal. Menyatroni rumah seseorang dan berharap mendapat hasil jarahan sebagai pengganjal perut. Apalagi kotoran yang terhambur di jalanan tak beraturan, menimbulkan aroma tak sedap dan merusak pemandangan.

Kini suamiku hanya bisa menghela nafas, menatap nanar pada pohon pisang yang kini tinggal separo, pada rerumputan yang diaturnya sedemikian rupa untuk jadi pagar namun kini penuh lobang, pada tanaman cerry yang tinggal akar, pada tanaman terong yang sudah layu, pada tanaman kemangi yang roboh dan pada tanaman sawi yang habis. Nyaris semuanya tak berbentuk.

Malam ini seolah tak jera perusuh itu kembali datang ingin mengambil kembali jarahannya. Namun suamiku mengetahui gerak-geriknya. Dilemparnya dengan batu kerikil dan perusuh itu lari terbirit-birit menuju rawa. Akupun berharap setelah ini mereka tak datang lagi. Sungguh, aku ingin menikmati terong, sawi, kemangi, pisang dan cerry hasil cocok tanam suamiku.

Semoga hijaunya rumahku masih bisa kupertahankan. Bukan hanya hijaunya cat tembok rumahku tetapi hijaunya dedaunan yang berjejer disamping rumahku. Aku berharap semoga pemilik sapi-sapi itu menyadari kekhilafannya, sehingga aku nyaman tinggal di tepi rawa tanpa disatroni perusuh yang datang mengejutkan.

Penampakan pohon pisang yang tinggal separo dan pagar rumput yang dimakan sapi

Terong dan kemangi yang hancur

Posting Komentar

4 Komentar

Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...