Be Smart Mom



 
Sobat blogger…..
Membaca event yang diadakan oleh mbak Winda Krisnadefa dalam blognya emakgaoel.blogspot.com, membuatku tertantang ingin turut meramaikannya. Wuihh, jelas aja pengen hadiahnya yang kece abis, hehehe……Yah, siapa tahu bisa nyangkut, lumayan kan.

Baiklah, tak perlu berpanjang lebar. Singkatnya, arti kata “smart” membuatku merasa ciut, karena anggapan ini pastinya tertuju pada seorang wanita berpendidikan tinggi, dengan titel dan jabatan yang tinggi pula. Bahkan, gaya hidupnya pun juga high class. Wow…ini nih yang bikin nyali ciut.

 Tapi, setelah kuamati dengan teliti, ternyata pandangan orang tentang arti kata “smart” belum sepenuhnya benar. Karena definisi  yang kusebutkan diatas belum tentu menjamin semuanya menjadi bagus, termasuk kehidupannya.

Wanita yang berpendidikan tinggi dan mempunyai jabatan yang bagus dalam pekerjaannya, belum tentu bisa menghandle keluarganya dengan baik. Terkadang anak-anak mereka kurang mendapatkan perhatian, karena mereka lebih mementingkan materi ketimbang memperhatikan keluarganya. Bahkan, pandangan mereka tentang kasih sayang identik dengan kecukupan materi. Jadilah anak-anak merasa kurang diperhatikan.

Lantas, akupun berusaha mendefisikan arti kata “smart” menurut pandanganku sendiri, yang berarti mereka-mereka yang bisa mengupayakan hidupnya menjadi lebih bagus. Ia bisa menghandle semua tugas dan kewajibannya menjadi baik. Bahkan orang-orang yang ada disekitarnya pun merasa nyaman dengan pelayanannya. Jadi, jangan beranggapan bahwa hanya wanita berpendidikan tinggi dan mempunyai jabatan saja yang berhak menyandang predikat itu. Semua wanita, apapun profesinya berhak disebut “smart”, tergantung bagaimana usahanya.

Berhubung aku hanyalah ibu rumah tangga biasa, maka aku akan mengajak semua wanita yang mempunyai gelar yang sama seperti aku untuk menjadi seseorang yang “smart”. Pertanyaannya, bisakah ibu rumah tangga disebut demikian? Kalau menurutku tentu bisa. Lantas bagaimana caranya?

be smart mom
Menjadi smart mom adalah bagaimana cara kita menjadi ibu yang baik bagi anak kita, bagaimana menjadi istri yang baik bagi suami kita, serta bagaimana mengupayakan kehidupan kita menjadi lebih baik. Demi mewujudkan impianku menjadi smart mom, aku akan terus berupaya menciptakan perubahan-perubahan agar suami dan anakku merasa kuperhatikan dan kulayani dengan baik.

Aku adalah ibu rumah tangga tulen, yang selalu berkutat dengan pekerjaan dapur. Kalau dipikit-pikir memang membosankan, karena setiap bertemu hari, selalu pekerjaan itu saja yang harus kuselesaikan. Kadang sempat merasa minder melihat teman sekolah atau teman kuliah yang mempunyai jabatan tinggi atau kehidupan yang lebih baik. Ingin rasanya aku lepas dari sebuah belenggu dan berlari untuk mencari sebuah pekerjaan. Namun sebuah fakta berkata lain. Tak selamanya orang yang bekerja di kantor, yang memakai seragam dan bersepatu hak tinggi, kehidupannya juga terjamin. Terkadang mata kita salah melihat. Mereka bahkan hidupnya lebih buruk dari kita.

Akhirnya akupun kembali pada sebuah keputusan yang telah kuambil. Menjadi ibu rumah tangga adalah keputusanku. Meski banyak penolakan, termasuk dari hati nuraniku sendiri. Namun aku harus bisa mempertanggungjawabkan keputusanku dengan baik, terutama dihadapan suami dan anakku.

Lantas akupun berusaha menunjukkan bahwa ibu rumah tanggapun mampu tampil percaya diri. Aku berusaha mendidik anakku dengan baik. Mendampinginya belajar, memberikan bimbingan agama serta memberikan contoh perbuatan yang baik adalah langkah awalku untuk menjadi “smart mom”. Akupun ingin membuktikan bahwa mendidik anak sebenarnya tak harus menjejalinya dengan berbagai kegiatan yang membuat otaknya penuh, seperti mendatangkan guru les privat atau mewajibkan anak mengikuti berbagai kursus.

anakku yang penurut
Mendidik anak memang membutuhkan seni tersendiri, agar anak tak lekas bosan. Jurus yang ampuh adalah kasih sayang, sabar dan telaten. Setiap ibu pasti merasakan bagaimana repotnya membimbing anak. Belum lagi sang anak yang susah diatur atau bosan mendengarkan penjelasan kita. Bila kita tidak sabar, ujung-ujungnya pasti lari ke guru les. Padahal bila kita menyadarinya, memasukkan anak ke dalam les privat, belum tentu membuatnya nyaman.

Demikian juga dengan aku. Awalnya aku memasukkan anakku kedalam les privat. Memang aku merasa sedikit terbantu dengan les itu, namun kadang anakku merasa kurang nyaman. Akhirnya kuputuskan untuk mendampingi sendiri anakku belajar di rumah. Aku berusaha menerapkan sebuah metode seolah-olah aku ini adalah guru lesnya. Kadang, anakku merasa bosan diajar ibunya sendiri. Namun, akupun lekas menyadarinya. Lantas kuajak teman-teman anakku gabung belajar bersama dirumah. Metode yang kubuat sama persis seperti les privat di tempat lain, dengan menyediakan soal-soal ulangan dan memberikan materi yang sama dengan materi yang diajarkan di sekolah.

Hasilnya ternyata memuaskan. Setiap terima rapor, anakku selalu mendapatkan peringkat 5 besar. Senang rasanya melihat keberhasilan anakku. Ternyata dari rumahpun, aku bisa membuat anakku sukses. Bukan hanya pendidikan, di bidang agamapun anakku juga semakin rajin beribadah dan mengaji. Bahkan ia juga makin disiplin membagi waktu.
hasil ulangan anakku

Hal yang tak kalah pentingnya adalah makanan. Aku masih ingat, sejak kecil anakku memang suka dengan masakanku. Aku berusaha membuatkan makanan sekreatif mungkin, dengan tujuan agar nafsu makan anakku bertambah. Tentunya aku selalu memperhatikan asupan gizi dalam setiap makanan yang kubuatkan untuk anakku.

Demikian juga dengan suamiku. Aku berusaha melayaninya sebaik mungkin, mulai dari mencuci baju, membersihkan rumah, menyediakan makan dan sebagainya. Akhirnya suamiku pun jadi hafal dengan masakanku. Dia lebih suka masakan yang kumasak sendiri ketimbang masakan jadi yang beli di warung. Senang rasanya, bila masakanku secepat kilat habis. Itu tandanya kerja kerasku, mulai dari memilihkan menu sampai mengolahnya mendapat penghargaan.

Menjadi wanita “smart” itu memang harus kreatif. Artinya ia harus membuat inovasi untuk menciptakan sesuatu yang baru. Demikian juga dengan “smart mom”, sama artinya dengan ibu yang kreatif. Tentunya kreatif dalam berbagai hal.

Aku jadi ingat beberapa waktu lalu, ketika anakku mendapat tugas dari sekolah untuk membuat sebuah ketrampilan. Dia bingung, karena tak menguasai ketrampilan yang akan dibuat. Lantas akupun memberikan ide untuk membuat pigura dari kain flannel. Karena aku memang mempunyai sisa kain flannel yang lumayan banyak. Dan ideku pun diterima anakku. Akhirnya kubuatkan pola pigura itu dan anakku yang menempelnya. Setelah jadi, pigura itu dikumpulkan. Ternyata anakku mendapatkan nilai tertinggi dikelasnya. Bangga rasanya bisa memberikan yang terbaik kepada anakku.
ketrampilan yang dibuat anakku

Demikian juga dengan masakan. Agar masakan kita digemari satu keluarga, aku memang harus kreatif. Makanya aku selalu membuatkan masakan yang menarik dan berganti-ganti, agar selera makan keluargaku jadi bagus.
menu untuk keluargaku

Jadi intinya “smart” itu milik siapa saja. Yuk kita jadi “smart mom” agar anak-anak kita mendapat curahan kasih sayang yang penuh, dan suami kita mendapat perhatian khusus. Tujuannya hanyalah satu, mendapatkan kebahagiaan hidup.


http://emakgaoel.blogspot.com 

"Blogpost ini diikutsertakan dalam Lomba Ultah Blog Emak Gaoel"

Posting Komentar

11 Komentar

  1. Semoga menang yaaa Mbak... Bagus pigura flanelnya...
    Anw aku jadi ingat temanku udah kuliah tinggi tapi perasaan kagak smart wkwkwk *perasaanku ajah semoga*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak Una....
      hihihi ternyata lho ternyata smart itu bukan dinilai dari tinggi rendahnya pendidikan, itu juga menurutku lho

      Hapus
  2. semangat ngontesnya ya mbak, jadi ibu itu harus smart ya mbak termasuk smart mengatur menu hehe, eh mbak itu nasi apa ya? nasi kuning kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali mbak Nophi, siapapun berhak smart.....ya itu nasi kuning kesukaan anakku

      Hapus
  3. sesamna ibu rumah tangga saling dukung ya mbak :)

    BalasHapus
  4. smart emang luas ya mbak pengertiannya, tergantung kita bisa nerapin buat diri sendiri ma orang lain, trmasuk keluarga. semoga smart emang ga dipahami sempit kecerdasan semata. semoga sukses kontesnya Mbak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. yap betul itu mas, jangan beranggapan bahwa smart itu identik dengan orang yang pinter saja, karena menurutku cerdas belum tentu smart kan...makasih mas

      Hapus
  5. Smart tak harus diartikan secara sempit "pintar" dari segi keilmuan ya Jeng, tetapi dalam arti luas seperti yang Jeng lakukan di atas.
    Semoga berjaya dalam lomba jeng Winda.

    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. yap betul PakDe...saya berusaha untuk smart
      Terima kasih

      Hapus
  6. Haloo, Emak Gaoel mampir ngecek-ngecek peserta.
    Terima kasih ya sudah ikut meramaikan Ultah Blog Emak Gaoel.
    Good luck! ^_^

    BalasHapus

Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...