My Big Wish 2019, Modalnya Adalah Kepercayaan dan Pantang Menyerah

Saya pernah membayangkan membangun bisnis dari hasil jerih payah sendiri. Lalu bisnis itu berkembang pesat. Saya bisa membantu meringankan beban ibu dan keluarga besar. Sekaligus memberikan lapangan pekerjaan untuk kerabat yang sedang membutuhkan. Disinilah niat saya ingin berbagi kepada mereka, karena saya selalu mengenang perjalanan hidup yang penuh liku. Ibu yang terpaksa harus kerja keras seorang diri demi membesarkan anak-anaknya. Mulai dari berjualan kue dari rumah ke rumah, sampai mengikhlaskan rumah kami untuk tempat kost anak sekolah.


Pencapaian itu memang butuh perjuangan. Seperti ibu yang berhasil membuat kami, anak-anaknya bersekolah tinggi hingga lulus menjadi sarjana. Namun, impian itu tak selamanya berbuah manis. Sama halnya dengan impian saya puluhan tahun silam. Saya ingin bersekolah tinggi agar bisa mendapatkan pekerjaan layak, membalas budi ibu, dan membahagiakan beliau. Tapi, impian itu hanyalah seonggok harapan palsu. Harapan menjadi seorang pegawai berpenghasilan nyatanya pupus. Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga yang bergantung pada gaji suami.

Pernah suatu hari ibu nelpon dengan nada menghiba,
“Nak, maafkan ibu yang tak tahu diri ini, ibu mau pinjam uang karena atap rumah bocor, sementara adikmu mau melahirkan dan suaminya kena PHK.”

Hati anak mana yang tidak menjerit ketika mendengar suara ibu di seberang dengan nada menghiba. Seketika itu airmata saya bercucuran. Saya merasa belum bisa membahagiakan ibu. Namun saya bersyukur, Allah memberikan saya kehidupan yang lebih baik, dengan mengirimkan lelaki hebat yang kini menjadi suami saya. Dia sangat mengerti keadaan keluarga saya. Bahkan, suamilah yang kerap menyuruh saya mengirim uang belanja untuk ibu.

Keadaan inilah yang mendorong saya untuk berbagi kepada keluarga besar saya. Dari gaji suami, saya bisa menyisihkan sebagian untuk ditabung. Niat saya menabung memang untuk berbisnis, dan suami pun mendukungnya. Saya mulai dengan menyewakan kamera. Awalnya saya melihat seorang kerabat dekat yang berprofesi sebagai fotografer. Dia sering mendapatkan job memotret acara-acara pernikahan, perpisahan atau acara lainnya. Sayang, dia tidak mempunyai kamera sendiri. Penghasilannya pun harus terpotong demi menyewa seperangkat kamera kepada temannya. Melihat hal ini, saya mengajaknya kerjasama. Saya yang menyewakan kamera, dia yang menjalankan kamera saya. Jadi dia membayar biaya sewa kamera kepada saya.
Hasil gambar untuk gambar kartun fotografer
credit
Sejak awal menyewakan kamera, saya mematok harga yang lebih rendah dari harga sewa temannya. Dan kerabat saya menyetujuinya. Setelah berjalan beberapa lama, bahkan sampai satu tahun, dua tahun dan hingga sekarang, tak ada khabar tentang biaya sewa kamera itu. Saya tahu, jobnya makin bertambah. Hampir setiap hari dia datang ke berbagai acara untuk memotret. Bahkan sering diajak kerjasama oleh travel agent sebagai fotografer dan mengikuti perjalanan wisata ke beberapa daerah, dengan bayaran yang lebih besar. Lagi-lagi kerabat saya ini tidak pernah membayar biaya sewa kamera saya. Setiap ditanya, jawabnya pasti fee yang diterima sangat kecil untuk job-job di desa. Saya hanya beberapa kali mendapatkan fee dari jasa memotretnya. Itupun tak sesuai dengan ekspektasi saya.

Merasa tidak mendapatkan keuntungan dari bisnis sewa kamera, saya mencoba peruntungan lain dengan membuka bisnis ekspedisi pengiriman paket. Sejak awal saya tergiur dengan iming-iming kerabat yang memberikan rincian keuntungan yang lumayan besar dari jasa keagenan sebuah ekspedisi. Dengan segenap keberanian saya gabung di keagenan ini, saya yang membantu modalnya, kerabat yang menjalankan. Kalau dihitung dengan kalkulator biaya yang saya keluarkan sangat banyak.
Gambar terkait
credit
Lagi-lagi bisnis ini tidak sesuai harapan saya. Hampir dua tahun berjalan, saya makin merugi, bahkan, sebagian gaji suami terpaksa harus saya korbankan demi bisnis ini. Kenyataannya kerabat saya tidak pandai memanage keuangan. Keuntungan yang didapat tiap harinya digunakan untuk membeli rokok, bensin atau makan, sehingga diakhir bulan tidak pernah terlihat labanya. Padahal diawal perjanjian dia sudah memposisikan dirinya sebagai karyawan. Dan sayapun tak tahu lagi bagaimana kelanjutan bisnis ini, karena untuk kembali menambah modal, saya jelas sudah tidak mampu.

Bersyukur, ada suami yang selalu menguatkan saya disaat terpuruk seperti ini. Diam-diam dia juga mempunyai bisnis lain di luar kota. Saya pun jadi tahu bahwa tidak mudah membangun sebuah bisnis. Inti kesuksesan berbisnis itu adalah kepercayaan, jadi jangan mudah percaya dengan iming-iming yang menggiurkan.
Hasil gambar untuk gambar kartunpenjahit
credit

Dari beberapa kisah kegagalan itu, saya bertekat untuk kembali bangkit. Di tahun 2019 ini saya ingin memperjuangkan masa depan anak dan keluarga serta ingin membahagiakan ibu. Dan my big wish di tahun 2019 ini ikut mensupport bisnis suami agar bisa mewujudkan keinginan saya untuk berbagi kepada sesama. Saat ini suami tengah membangun bisnis konveksi bersama temannya, sudah menampakkan hasilnya, karena tiap bulannya selalu ada laporan terinci yang dikirim melalui whatsapp. Selain itu ada bisnis ternak kambing dan ayam potong yang baru dirintis dan sudah terinci dengan jelas.

 gaji tambahan

Jadi kepercayaan dan pantang menyerah adalah modal utama berbisnis. Demi mendukung bisnis suami, kini saya gabung bersama blibli.com. Banyak kemudahan yang saya dapatkan setelah gabung menjadi membernya. Bahkan, saat ini ada promo my big wish yang sedang berlangsung hingga 31 Maret 2019. Yuk segera gabung di blibli.com dan dapatkan gaji tambahan setiap bulannya.

Posting Komentar

24 Komentar

  1. Jatuh usaha sudah biasa tapi saat bangkit luar biasa. Maju terus suatu saat pasti berhasil usahanya

    BalasHapus
  2. Semangat berjuang mbak untuk bisnis konveksinya. Wah aku juga suka menjahit jadi pengen juga lirik bisnis konveksi hihi

    BalasHapus
  3. Semoga semakin sukses terus ya mba usahanya. Dan untuk berbisnis saya lebih memilih orang lain dari pada kerabat. krn kerabat biasanya banyak "excuse" nya hehehe

    BalasHapus
  4. Sukses terus untuk bisnis suami dan Mba Yuni, semoga bisnisnya semakin maju dari waktu ke waktu, amiiiin

    BalasHapus
  5. Saya dari dulu tertarik pengen belajar jahit, Mba. Tapi sampai saat ini belum ada kesempatan ikutan kursus. Pengen belajar jahit biar bisa dijadiin bisnis juga. Semoga nanti saya bisa mewujudkan keinginan ini, amiiin.

    Wahh keren yaa Blibli, yang punya jiwa bisnis dan pengen dapat tambahan penghasilan harus gabung juga nih di blibli :)

    BalasHapus
  6. Semoga bisnis barunya semakin sukses, mba Yuni..

    BalasHapus
  7. Jadi ingat Almarhumah mama aku.. semoga ibunda selalu dalam keadaan sehat ya mba.. aaminn bicara tentang bisnis, aku nih termasuk yang lamaaaa banget menentukan bisnis apa yang hendak aku jalanin hiks.. mba sudah jalan bisnisnya.. tapi memang butuh untuk peningkatan sana sini ya.. khususnya modal.. semoga sukses ya mba.. aku doakan dari jauh.

    BalasHapus
  8. Aku penasaraaan deh mba dengan program gaji tambahan blibli ini. Mba Yuni udah coba juga? How is it? Coba cek aaah

    BalasHapus
  9. Aku juga member blibli lho mba Yuni.
    Tapi, aku baru tahu tentang program my big wish ini.

    Sssst, aku langsung klik lho dan baca promonya :)

    BalasHapus
  10. Keren sekali ya blibli dengan programnya. Tapi aku juga salut dengan usaha mba untuk menghasilkan yang positif :)

    BalasHapus
  11. Memang kerja sama atau bisnis dengan teman atau saudara itu rada sensitif yah mbak. Mau tegas kadang bikin kagok, tapi kenapa suka gak ngerti etika yah? Pengalaman pribadi juga soalnya, jadi sekalian curhat hahaha.

    Semoga sukses dan lancar bisnis suaminya yah mbaak :))

    BalasHapus
  12. semoga sukses ya usahanya. keluargaku byk yg pinter jahit, tapi blm ada kesempatan buat kembanginnya. program my big wish ini aku baru tahu. perlu dipelajari lagi bisa lebih paham.

    BalasHapus
  13. Bagaimana caranya, Mbak? Aku kok malah kepo. Kerjasamanya ini tidak menjadikanku sebagai pedagangnya,kan? Aku nggak jago jualan soalnya. Coba deh kuintip ke Blibli.

    BalasHapus
  14. Gabung di blibli jadi seller gtu ya mbak?
    Wah moga sukses dengan bisnis konveksinya ya mbak, salah stau yang gak akan abis dicari org kan kebutuhan sandang, insyaAllah sukses dan berkah yaaaa

    BalasHapus
  15. Tulisan yang menginspirasi. Sukses untuk bisnisnya, ya, Mbak. Semoga segala keinginan tercapai. Saya juga punya impian dan keinginan tahun 2019. Diantaranya pingin bisa produktif menulis terutama menulis riset sesuai bidang. Dan punya bisnis juga.Doakan ya, Mbak.

    BalasHapus
  16. Big wish nya Sama denganku mbak Yun. Tahun ini, aku juga pengen memulai usaha lagi dan bener-bener fokus menjalankannya

    BalasHapus
  17. Semoga bisnisnya sukses dan berkah ya mbak.aku seneng baca-baca bisnis orang lain.

    BalasHapus
  18. Sukses rencana usahanya ya mbak dan semoga big wishnya tahun ini bisa terwujud. Btw baru tahu nih ada program gaji tambahan dari BliBli. Jadi pengen ikutan, hehe

    BalasHapus
  19. Kalau kerjasama dengan kerabat kadang serbasalah, meski ada pernjanjian, kalau ada kesalahan dan ditegur malah jadi masalah lain di keluarga he he. Tapi nggak jarang ya ada juga yang amanah. Mestinya karena sesama keluarga justru harusjaga kepercayaan, bukan ngapusi (membohongi)

    BalasHapus
  20. Kalau aku tidak puna bakat bisnis bisnis gitu, pernah jadi reseller beberapa produk Alhamdulillah laris, tapi ya gitu ada beberapa yang bayarnya ngadat. Capek dan segan sendiri mau nagih lagi, soalnya masih sodara juga... sekarang masih bingung mau bisnis apa lagi...

    BalasHapus
  21. Kok bisa mbak kerabat mbak itu mangkir terus dengan biaya sewa kamera? Bikin gemes bacanya lho. Tapi insyaallah rezekinya tergantikan lewat bisnis yang sekarang sedang dirintis ya. Tetap semangat mbak Yuni...

    BalasHapus
  22. Saya sendiri masih belum terjun ke dunia bisnis, Mbak. Tapi menemani suami saya me rencanakan dsn mrmbangun bisnis, jadi adalah ilmu yg saya terima. Sukses terus ya, Mbak bisnisnya

    BalasHapus
  23. Salam kenal Mbak... blognya sudah lama ya, sudah banyak sekali cerita di dalamnya. Memulai bisnis memang naik turun ya Mbak, harus siap-siap dengan kerugian yang mungkin datang. Tapi dari setiap ikhtiar ada pelajaran yang berharga buat hidup kita. Semoga bisnis yang terakhir ini lancar dan bisa jadi pegangan yang baik untuk seterusnya. Aamiin...

    BalasHapus

Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...