Pentingnya Kolaborasi MPR RI Bersama Netizens Bali Terkait Sosialisasi Empat Pilar Kepada Masyarakat


Ini jaman millennium yang ditandai dengan berbagai perubahan di hampir semua aspek kehidupan. Dimana perubahan-perubahan yang terjadi membawa dampak luar biasa bagi kelangsungan hidup masyarakat. Bukan hanya dampak positif, namun pengaruh buruk yang mengarah ke dampak negatif pun makin dirasakan tumbuh ditengah-tengah kehidupan masyarakat modern.

Bertempat di Bali Room Hotel Bintang Plaza Kuta Bali, Kamis (10/5/2018), telah berlangsung acara bincang Empat Pilar MPR RI bersama Netizen Bali. Acara yang bertajuk “Netizens  Bali Ngobrol Bareng MPR RI” ini diikuti oleh 56 warga net Bali dari berbagai profesi. Apapun profesi yang mereka sandang, namun semuanya adalah blogger (pengelola blog) dengan niche blog yang berbeda-beda.
Dokpri

Hadir sebagai narasumber adalah Sesjen MPR RI, Bapak Ma’ruf Cahyono; Kepala Biro Humas MPR Setjen MPR RI, Ibu Siti Fauziah; Kepala Bagian Pengolah Data dan Sistem Informasi (PDSI), Bapak Andrianto dan Kepala Bagian Pengawasan, Ibu Rharas Estining Palupi. Sedang untuk koordinator blogger diwakili oleh Mas Casmudi, blogger Bali yang sekaligus sebagai pengelola Ku De Ta (Kompasianer Pulau Dewata). Acara inipun makin meriah berkat sang moderator cantik nan energik, Mbak Mira Sahid selaku founder KEB (Kumpulan Emak Blogger).


Mengawali acara ini, sang moderator mengajak semua audiens untuk menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dengan khikmad. Dipimpin seorang dirigent, lagu kebangsaan Indonesia Raya berhasil dinyanyikan oleh semua audiens dengan kompak dan benar. Dengan mengumandangkan lagu ini, diharapkan mampu membangkitkan semangat nasionalisme para warga net yang hadir di acara tersebut.

Mba Mira Sahid, founder KEB sebagai Moderator Acara
Sesi berikutnya, saatnya Mas Casmudi selaku koordinator blogger Bali memperkenalkan para undangan yang hadir dalam acara bincang Empat Pilar bersama MPR RI. Bahwa warga net Bali yang hadir merupakan blogger yang berasal dari berbagai profesi dengan niche blog yang berbeda-beda. Meskipun mempunyai karakteristik tulisan yang berbeda, diharapkan para blogger mampu menyebarkan konten-konten positif, bijak dalam menggunakan media sosial serta sanggup memerangi berita-berita yang bersifat hoax.

Mas Casmudi selaku koordinator blogger Bali
Kegiatan sosialisasi Empat Pilar ini sudah lama diselenggarakan sejak tahun 2015. Sebelum Bali, beberapa kota besar yang pernah disinggahi adalah Jakarta, Solo, Surabaya, Bandung dan Medan. Dari sini terlihat antusiasme blogger begitu besar. Blogging, yang awalnya dianggap sebuah kegiatan pengisi waktu luang, nyatanya mampu memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam membangun opini kepada masyarakat. Melalui tulisan, blogger bisa berkarya dan mampu membangkitkan semangat pembacanya.

Inilah saatnya para blogger bersinergi dengan pemerintah, berkolaborasi dengan lembaga negara, khususnya MPR RI, agar visi, misi dan tujuannya tercapai, dimana visi MPR adalah menjadi rumah kebangsaan, pengawal ideologi Pancasila dan kedaulatan rakyat. Dalam kesempatan ini, Ibu Siti Fauziah selaku Kepala Biro Humas menjelaskan maksud dan tujuan acara Netizens Gathering yang tak lain adalah untuk mengajak seluruh blogger dari berbagai niche blog ikut serta mensosialisasikan Empat Pilar kepada masyarakat. Dimana Empat Pilar ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Dengan demikian masyarakat akan memahami pentingnya Empat Pilar MPR RI dalam semua aspek kehidupan.

Menjadi sebuah kehormatan bagi warga net Bali yang berkesempatan hadir dalam acara sosialisasi Empat Pilar ini. Seperti yang disampaikan Bapak Andrianto selaku Kepala Bagian PDSI, bahwa warga net (blogger/netizen) dianggap mampu menyebarkan konten-konten positif melalui tulisan. Mereka sanggup berinteraksi dengan pihak luar, memberikan pengaruh positif terhadap  masyarakat dari berbagai lapisan. Bahkan, diyakini kolaborasi antara warga net dengan MPR RI akan menghasilkan dampak yang luar biasa bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Sesjen MPR,  Bapak Ma’ruf Cahyono, dalam sambutannya menegaskan bahwa sosialisasi Empat Pilar ini merupakan sebuah metode dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. Untuk itu diperlukan kolaborasi antara blogger dan MPR  agar pesan-pesan terkait Empat Pilar dapat diterima baik oleh masyarakat, termasuk didalamnya menyangkut jati diri bangsa.

Foto bersama Bapak Ma'ruf Cahyono, Sesjen MPR (Sumber foto: Mas Casmudi)

Sebagai lembaga negara sekaligus organ ketatanegaraan, MPR mempunyai tugas penting terkait dengan jati diri bangsa, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Jati diri bangsa dapat ditunjukkan dari sikap religius, humanis, bersatu, demokratis dan selalu berorientasi pada keadilan. Bila jati diri bangsa dapat dirawat. maka kekuatan moral dan nasionalisme akan tetap berdiri kokoh ditengah-tengah masyarakat Indonesia.

Menyadari akan pentingnya kehidupan berbangsa dan bernegara, terkait dengan implementasi Empat Pilar MPR RI, perlu kiranya para blogger membantu tugas-tugas pemerintah dalam menyebarkan konten positif. Sungguh ironi berbagai kejadian yang kini tengah melanda negeri kita tercinta. Rasa aman dan damai seolah hampir hilang dari pandangan. Berbagai kasus, baik yang menimpa anak-anak hingga orang dewasa membuat kita merasa takut hidup di tanah kelahiran. Boleh jadi kita tidak mengalami penderitaan di jaman penjajahan. Boleh jadi kehidupan kita jauh berbeda dengan kehidupan para pendahulu kita. Namun, musuh terbesar yang kita hadapi saat ini justru berasal dari dalam negeri sendiri.

Kasus pencabulan, bullying, fedofilia, perdagangan anak dibawah umur, sampai dengan kasus pembunuhan merupakan kasus yang membuat resah masyarakat. Belum lagi kejadian bom yang meluluhlantakkan beberapa tempat ibadah dan tempat-tempat penting lainnya di negeri ini, seolah membuat masyarakat kian ketakutan. Barangkali inilah salah satu akibat kurangnya pemahaman Empat Pilar dalam kehidupan nyata.

Jaman sekarang, dimana peralatan semakin modern, ditambah teknologi yang semakin canggih, rupanya tidak serta merta membuat masyarakat hidup makmur. Flashback ke masa lalu, di jaman saya masih sekolah, yang orang bilang jaman “jadul”, nyatanya masih lebih baik dari sekarang.

Jaman dulu pergi ke sekolah jalan kaki sudah biasa. Bahkan anak sekolah pun sudah terbiasa bangun pagi agar tidak terlambat sampai sekolah. Namun yang terjadi saat ini anak-anak makin manja, disuruh jalan kaki ke sekolah bilangnya capek. Akhirnya orang tua mengantarnya dengan mengendarai sepeda motor atau mobil. Pantas saja setiap jalan atau gang yang merupakan akses menuju sekolah kini ramai dan penuh sesak, dipadati oleh kendaraan orang tua yang mengantar-jemput anak.

Jaman dulu anak lebih mandiri, belajar tanpa bantuan orang tua atau guru les masih mampu mendapatkan nilai bagus. Kini justru sebaliknya, beban anak sekolah makin berat. Kurikulum yang berubah-ubah, guru yang kurang memahami materi, akhirnya membuat anak-anak butuh bimbingan di luar jam sekolah. Bimbel pun makin menjamur, mereka berlomba-lomba menawarkan berbagai program bimbingan dengan harga yang bervariasi.

Belum lagi perkembangan teknologi modern yang berpengaruh besar di kehidupan nyata. Jaman dulu hanya orang kaya yang mampu membeli gadget alias handphone. Kini gadget yang beredar di pasaran makin bervariasi. Bahkan hampir seluruh masyarakat mampu membelinya. Akhirnya pengaruh gadget mampu menghipnotis masyarakat untuk menjadikan alat ini sebagai kebutuhan. Anak-anakpun banyak yang maniak gadget. Mereka lebih memilih bermain game ketimbang belajar. Dari sinilah mendorong timbulnya sikap individual dan menumbuhkan emosional dilingkungan anak-anak.

Ironisnya, anak-anak jaman sekarang yang dijuluki generasi milenial belum tentu mampu menguasai bidang-bidang tertentu. Boleh jadi mereka mahir mengoperasikan peralatan elektronik seperti handphone, laptop dan lain sebagainya. Namun belum tentu mereka mampu menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan benar. Bahkan mereka pun tidak hafal sila-sila dalam Pancasila. Tidak semua sekolah mengharuskan siswa didiknya membacakan sila-sila Pancasila diawal masuk kelas.

Berbeda dengan jaman dulu, hampir semua masyarakat hafal dengan sila-sila Pancasila dan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Penataran P4 juga sering dilaksanakan bagi anak-anak yang memasuki jenjang SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Sementara di masyarakat, penataran P4 juga diberikan kepada para kader PKK, Posyandu, Perangkat Desa dan lain sebagainya. Bahkan, anak-anak jaman dulu mampu menghafal nama-nama menteri, mengetahui lembaga-lembaga negara dan mampu mencerna pemahaman nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Barangkali, inilah yang harus diperbaiki saat ini, berusaha mengimplementasikan sila-sila Pancasila dalam kehidupan nyata. Berhenti saling menyakiti, mulailah saling menghargai. Berhenti saling merendahkan, mulailah menghormati perbedaan. Berhenti takabur, mulailah bersyukur. Ketiga hal tersebut merupakan contoh implementasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang bila diterapkan dalam kehidupan nyata, implikasinya sungguh luar biasa.
Dalam sesi tanya jawab di acara Netizens Gathering, dijelaskan bahwa anak-anak sebagai generasi milenial harusnya mendapatkan pemahaman tentang Empat Pilar, karena mereka nantinya akan menjadi pewaris bangsa dan generasi penerus masa depan bangsa. Hal pertama yang dilakukan adalah mensosialisasikan budaya membaca dan menyederhanakan bahasan yang terkait dengan Empat Pilar, agar apa yang terkandung didalamnya mampu dipahami oleh masyarakat secara luas.

Inilah sebuah tantangan bagi kita sekaligus menjadi “Pekerjaan Rumah” yang harus terselesaikan, bagaimana membuat anak-anak mengerti dan memahami arti sila-sila dalam Pancasila. Tak perlu terlalu jauh dulu, ajaklah anak-anak untuk menghafal sila-sila Pancasila, lalu mengimplementasikan kelima sila tersebut dalam kehidupan nyata. Lalu berikan pemahaman tentang lembaga negara berikut Empat Pilar utama yang harus diketahui, yaitu: Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Ini artinya seluruh segmen yang ada di sekolah, baik guru pengajar mata pelajaran PPKN dan semua murid harus diberikan sosialasisi tentang Empat Pilar ini.

Barangkali yang perlu ditumbuhkan kembali adalah rasa nasionalisme, cinta akan bangsa dan negaranya. Lalu digalakkan kembali penataran P4 seperti dulu, yang menyasar pada semua masyarakat diberbagai kalangan. Intinya kebaikan itu dimulai dari hal terkecil. Seperti lingkungan utama tempat mendidik anak itu adalah keluarga. Maka sebisa mungkin implementasi nilai-nilai Pancasila itu dimulai dari lingkungan keluarga, lalu diperluas lagi cakupannya di sekolah-sekolah hingga sampai ke instansi dan masyarakat umum.

Pemahaman akan pentingnya nilai-nilai Pancasila di kehidupan nyata tentunya akan membuat masyarakat Indonesia mampu merawat jati dirinya sebagai bangsa yang cinta damai. Andai sosialisasi Empat Pilar ini telah mampu merasuki relung hati masyarakat Indonesia, tentunya aksi-aksi keji yang mengotori negara ini dapat diredam.

Foto Bersama Netizens dan Nara Sumber dari MPR RI (sumber foto: mba Mira Sahid)

Kolaborasi antara blogger dan MPR RI diharapkan mampu menjembatani segala gejolak yang terjadi di negara ini. Tidak ada lagi manusia yang tidak memanusiakan manusia. Tidak ada lagi kebiadaban, kekejaman atau bahkan kemunafikan. Masyarakat akan bertindak secara manusiawi sesuai hati nurani, tidak ada saling serang karena beda keyakinan, sesungguhnya semua agama di Indonesia membenci permusuhan. Tidak ada lagi ketamakan, kerakusan, sebaliknya akan berganti menjadi kehidupan yang religius penuh humanis dan demokratis. Semoga Indonesia mampu berdiri kokoh menghapus segala ancaman yang merongrong keutuhan bangsa dan negara. Apapun itu bentuknya, dan darimana asalnya.


Penulis: Sri Wahyuni (Yunihan), Ibu Rumah Tangga yang berprofesi sebagai blogger

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Josh, mari bersinergi dengan pemerintah untuk Indonesia yang lebih baik... Semangaaaat!

    BalasHapus
  2. aku juga pernah ikut sosialisasi empat pilar ini dan emang penting banget
    terutama menghadapi kekacauan negara saat ini

    BalasHapus
  3. mari kita tunjukkan ini baru Indonesia

    BalasHapus

Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...