Dahsyatnya Ibadah Haji: Kisah Penuh Hikmah Dari Sebuah Perjalanan Religi Seorang Abdul Cholik

Judul  Buku: Dahsyatnya Ibadah Haji
Catatan Perjalanan Ibadah di Makkah dan Madinah

dokpri

Penulis: Abdul Cholik
Penerbit: Quanta PT. Elex Media Komputindo
Tahun: Cetakan Pertama 2014
ISBN : 978 - 602 - 02 - 4810 - 3
Tebal : ix + 233 halaman




Buku ‘Dahsyatnya Ibadah Haji” merupakan catatan perjalanan ibadah di Makkah dan Madinah dari seorang penulis produktif bernama Abdul Cholik yang lebih akrab disapa dengan Pakde Cholik.  Dari beberapa endorsemen yang tercantum di halaman akhir buku ini, membuktikan bahwa Pakde Cholik telah berhasil membius pembaca buku ini dengan rangkaian kata demi kata yang disusun secara lengkap dan detail, sehingga tak ada kata jenuh untuk membuka halaman demi halamannya atau mempelajari isi secara keseluruhan.

buku yang sangat recommended
Buku ini dikemas secara menarik setebal 233 halaman yang disusun menjadi 61 bab. Layaknya sebuah buku panduan berhaji, bab-bab yang menyusun buku ini mengupas tuntas semua hal yang berkaitan dengan ibadah haji. Namun demikian rangkaian kata yang menyusun buku ini sangat ringan untuk dibaca. Bahkan sebagian diantaranya diselipkan kata-kata kocak, yang membuat pembaca ikut larut dalam kisah-kisah yang disuguhkan secara runtut. Rasanya buku ini sangat cocok menjadi panduan bagi siapa saja yang ingin menunaikan rukun Islam kelima ini.

Ibadah haji merupakan amalan yang paling mulia dan memiliki kedudukan tinggi di dalam Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang artinya:

Agama Islam dibangun di atas lima perkara; bersyahadat bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Nabi Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, shaum di bulan Ramadhan dan berhaji ke Baitullah.”

Namun demikian ibadah haji itu merupakan sebuah panggilan, demikian yang diungkapkan Pakde Cholik. Jika Allah berkehendak tidak akan ada yang mampu menghalanginya. Yang terpenting adalah menghadirkan niat dalam hati untuk bertamu ke Baitullah. Selanjutnya adalah kesiapan dana dan amalan-amalan yang sebaiknya dilakukan sebelum berhaji.

Dalam buku ini, Pakde Cholik juga menjelaskan bahwa keinginannya untuk naik haji diusianya yang lebih dari 55 tahun, bukan tanpa alasan. Ada dua alasan yang menjadi amalan beliau sebelum menunaikan ibadah haji, yaitu membiayai kuliah putrinya dan memberangkatkan Emak pergi haji terlebih dulu.

Harta adalah titipan Allah. Bila kita membelanjakannya di jalan yang benar, seperti yang telah dilakukan Pakde Cholik, insyaAllah harta kita tidak akan berkurang, bahkan Allah akan melipatgandakannya. Buktinya niat Pakde Cholik untuk menunaikan ibadah haji, berjalan mulus tanpa hambatan yang berarti. Hingga pada akhirnya beliau dan istri dapat menunaikan ibadah haji pada tahun 2006/2007.

Ada hal penting yang kadang diremehkan oleh para calon jamaah haji, yaitu manasik haji. Padahal dengan mengikuti manasih haji ini, calon jamaah haji akan mendapatkan bimbingan tentang ibadah haji itu sendiri, mulai dari berbagi pengetahuan mengenai rukun, wajib, sunah, proses perjalanan sampai perjalanan ibadah haji. Seluk beluk tentang ibadah haji tentunya dikupas tuntas dalam manasik haji tersebut. Dalam kesempatan itu pula calon jamaah haji dapat berkenalan dan bersilahturahmi satu sama lain, sehingga menambah keakraban antar sesama calon jamaah haji.

Lalu apa saja yang dilakukan Pakde Cholik bersama istri untuk mempersiapkan ibadah hajinya setelah semua persyaratan dipenuhinya?
1.       Luruskan niat. Perlunya meluruskan niat bahwa naik haji semata-mata karena Allah, sehingga  dengan niat yang lurus beliau berharap mendapat barakah, bimbingan, petunjuk, kekuatan lahir dan batih dari Allah swt.
2.       Membaca doa dan zikir. Setiap calon jamaah haji selalu dibekali beberapa buku terbitan Departemen  Agama, salah satunya adalah “Buku Tuntunan Keselamatan, Doa dan Zikir Ibadah Haji”. Buku inilah yang selalu dijadikan Pakde Cholik sebagai panduan untuk mengamalkan doa dalam berbagai kesempatan, sebagaimana yang dijelaskan pada halaman 10.
3.       Checklist barang bawaan. Pakde Cholik memang mempunyai pengalaman yang luar biasa dalam hal bepergian ke luar negeri. Sebelum menunaikan ibadah haji, sebagai seorang serdadu yang mumpuni, beliau telah berulangkali ditugaskan ke berbagai negara di belahan dunia. Tak heran bila checklist barang bawaan menjadi prioritas penting. Hal ini perlu juga dipraktekkan oleh seluruh calon jamaah haji, dengan tujuan agar tidak ada satupun barang yang terlupakan. Pada halaman 13 Pakde Cholik memberikan contoh checklist sederhana yang bisa dicontoh oleh siapa saja yang akan naik haji.
4.       Memilih barang bawaan dan memberinya tanda. Kadang ada rasa takut dalam benak kita ketika bepergian jauh, “bagaimana kalau ini/itu tidak ada disana?” Buang jauh-jauh pikiran itu, toh di Makkah masih banyak orang Indonesia yang berjualan makanan atau barang khas Indonesia. Sebaiknya bawalah barang yang memang benar-benar dibutuhkan, sehingga tidak terlalu banyak barang bawaan kita. Setelah itu, guna mengetahui barang itu milik kita, sebagiknya berilah tanda disalah satu bagiannya. Tentunya agar barang kita tidak tertukar dengan barang orang lain. Sudah bisa dibayangkan, jamaah haji yang berjumlah ribuan rasanya sangat masuk akal bila barang-barang tanpa tanda pengenal sangat mudah tertukar.
5.       Koper, busana, aksesoris, paspor, hanphone, kamera dan fulus hendaknya harus menjadi perhatian bagi tiap-tiap calon jamaah haji. Semuanya yang berhubungan dengan hal-hal tersebut dijelaskan secara detail, bahkan dibumbui dengan nada kocak oleh Pakde Cholik di halaman 20 – 35.

Sebagai pembaca setia buku Pakde Cholik, hal yang sama pun saya alami ketika membaca buku ini. Cerita yang konyol, kadang membuat saya tertawa sendiri. Seperti halnya pengalaman naik pesawat. Bagi yang terbiasa bepergian dengan pesawat terbang, mungkin tak pernah mengalami masalah. Namun bagi calon jamaah haji yang baru pertama kali naik pesawat, tentunya perasaan mereka campur aduk ibarat permen nano-nano. Disinilah ide briliant Pakde Cholik muncul dengan menuliskan berbagai tips selama berada di pesawat terbang (halaman 42 – 45).

Satu hal lagi yang harus diperhatikan, yaitu hati-hati saat berpakaian ihram. Ini yang perlu dibaca dan dipelajari dengan benar oleh para calon jamaah haji agar ibadah mereka berjalan dengan lancar, baik dan benar serta tidak merepotkan diri sendiri, karena ada beberapa ketentuan yang wajib dipatuhi oleh para jamaah haji baik laki-laki maupun perempuan berkenaan dengan ihram (halaman 51 – 53).

Pada bab-bab berikutnya Pakde Cholik menuliskan secara runtut rangkaian perjalanan hajinya bersama istri. Saya seolah terbius dengan kalimat beliau, bahkan seperti merasakan benar-benar menjadi bagian dari perjalanan haji Pakde Cholik. Cerita “Thawaf di malam hari” (hal. 54), “Karet gelang dalam thawaf” (hal. 59), “Perjuangan mencium Hajar Aswad” (hal. 61), “Sa’i lebih santai” (hal. 64), “Tahallul tanpa gundul” (hal. 69) dan seterusnya, menunjukkan bahwa perjalanan haji selain perjalanan spiritual juga menjadi sebuah pengalaman yang sangat berkesan.

Dalam bab 28 yang berjudul “Jaga Kesehatan dan Kebugaran” Pakde Cholik juga menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan tubuh bagi setiap calon jamaah haji. Mengingat puncak haji  adalah wukuf di Arafah dan wukuf ini merupakan sebesar-besar rukun haji yang menentukan sah atau tidaknya ibadah haji. Dengan demikian seluruh jamaah haji tanpa terkecuali (dalam keadaan apapun) harus berkumpul dan melaksanakan wukuf di Arafah. Pakde Cholik pun kembali memberikan tip untuk menjaga dan memelihara kesehatan selama berada di tanah suci. (hal. 90 – 91)

Lalu bagaimana seandainya jamaah haji ingin bepergian atau rekreasi? Bolehkah melakukan rekreasi? Tentunya boleh, namun ada hal-hal yang perlu diperhatikan bila ingin bepergian.  Atau bagaimana jika jamaah haji rindu akan masakan Indonesia? Apakah hanya bisa membayangkan saja? Dalam buku ini telah dijelaskan secara rinci tentang kedua hal tersebut disertai dengan gambar-gambar yang menarik. (hal. 92 – 101)

dokpri
Kini tibalah saatnya persiapan wukuf. Kegiatan yang merupakan inti dari ibadah haji. Sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam sebuah hadist, yang artinya: “ haji adalah (wukuf) di Arafah” (HR. Bukhari dan Muslim).  Demikian pentingnya wukuf di Arafah ini, maka seluruh jamaah haji dalam kondisi apapun wajib berangkat. Beberapa perlengkapan pun harus dibawa serta oleh jamaah haji selama di Arafah, Muzdalifah sampai Mina. Ketika membaca bab ini saya seolah terbaca dengan cerita perjalanan Pakde Cholik. Ada saatnya cerita kocak tertuang disini, namun ada juga cerita yang membuat saya berurai air mata. Terutama ketika membaca bab “Menangis di Arafah.” (hal. 102 – 165).

dokpri
Barangkali ada yang bertanya, bagaimana jika ingin buang air besar atau kecil selama berhaji? Tak lupa Pakde Cholik juga memberikan tip jitu cara menyiasati hajat penting ini. Selengkapnya ada di halaman 131.

Bagi saya yang belum pernah berhaji, sempat membayangkan apakah ada pemandangan unik selama disana? Ternyata dalam bab ini Pakde Cholik juga menceritakan hal unik yang pernah beliau temui disana. Hendaknya hal ini menjadi pelajaran bagi siapa saja yang ingin pergi haji. Meski seorang haji adalah manusia, yang kadang melakukan kesalahan, alangkah baiknya dengan membaca bab ini, hal-hal yang menyimpang dari ibadah dikesampingkan terlebih dahulu. (hal. 171).

Bahkan ibadah haji tidak seperti yang saya kira, yang hari-harinya dipenuhi dengan ibadah. Namun ada saat dimana para jamaah melakukan ziarah dan rekreasi. Ada banyak tempat bersejarah yang mereka kunjungi. Semuanya dikupas tuntas oleh Pakde Cholik berikut tips ringan berziarah dan rekreasi pada halaman 174 – 193. Demikian juga dengan berburu oleh-oleh. Siapa sih yang tidak ingin membelikan oleh-oleh kerabatnya ketika pulang haji nanti? Tentunya semua jamaah haji ingin melakukannya. Nah, bahasan tentang berburu oleh-oleh dapat kita jumpai pada halaman 194.

Lalu, apa yang dirasakan Pakde Cholik selama menunaikan ibadah haji bersama istri? Inilah cerita yang membuat saya takjub sekaligus iri. Bagi beliau, menunaikan ibadah haji serasa melaksanakan honeymoon ketiga. Waaah...indah sekali rasanya.....(hal. 199 – 203)

dokpri
Dalam buku ini ada beberapa hal penting yang patut kita garisbawahi berkenaan dengan ibadah haji, diantaranya jangan berbuat latah ketika menunaikan ibadah haji. Selain itu, menunaikan ibadah haji merupakan suatu ibadah suci. Hendaknya segala sikap, niat, pikiran, ucapan dan tingkah laku harus mencerminkan ibadah tersebut. Itulah sebabnya kita harus benar-benar mengingat hal-hal yang menjadi keharusan dan hal-hal yang dilarang dalam berhaji. (hal. 204 – 207)

Akhirnya membaca buku “Dahsyatnya Ibadah Haji” menjadikan saya terus berharap agar kelak mendapatkan kesempatan untuk bertamu ke Baitullah dan mendapatkan kemudahan dari Allah seperti yang dituturkan Pakde Cholik....amin.


Artikel  ini diikutsertakan pada Lomba Menulis Resensi Buku Dahsyatnya Ibadah 

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Blm pny bukunya mbak, punyanya cuma menulis gaya pakdhe dan blog mini penghasilan maksimal. Tspi dari baca reviewnya jadi sedikit ngerti istimewanya bukunya pakdhe yang satu ini...

    BalasHapus
  2. Semoga kita semua disampaikan ke rumah_Nya ya mba..

    BalasHapus
  3. Semoga kita bisa segera kesana ya mbak . Aamiin

    BalasHapus

Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...