Cinta Pertamaku, Sepenggal Kisah Pilu Yang Tak Terlupa

Cinta itu memang misteri. Ia datang dan pergi begitu saja. Namun ia membuat hidup penuh warna, seperti rasa permen nano-nano. Ada manis, asam bahkan pahit. Walau begitu, kehadiran cinta menyisakan penggalan-penggalan kisah yang sulit terhapus di sepanjang perjalanan.

Itulah yang kurasakan. Walau aku tak begitu dalam memaknai cinta, namun aku pernah terjerembab dalam pusarannya. Semua rasa pernah kualami, bahkan aku nyaris putus asa karenanya. Yah....cinta memang soal hati, ketika hati tersakiti, ia akan menjadi sepenggal kenangan yang memahat rasa sedih.  Cinta juga soal waktu, lambat laun akupun jadi tahu cinta yang sesungguhnya.
sumber http://ariswildan.blogspot.com

Sejak dulu aku memang susah menerima cinta seseorang. Aku demikian jelinya mengamati satu persatu lelaki yang mendekatiku. Entahlah, aku termasuk tipikal cewek yang suka pilih-pilih atau bukan, aku juga tidak bisa menyimpulkannya. Mencintai lelaki sama halnya dengan mempersiapkan masa depan. Itu dalam pandanganku, sehingga ketika ada seorang lelaki berusaha mendekatiku, aku buru-buru mengamati semuanya. Termasuk profesinya.

Sayang...sifat jelekku kadang menyakitkan. Aku selalu bersikap manis terhadap lelaki yang mendekatiku. Dalam artian ketika ia bertandang ke rumah kost-ku, aku menerimanya dengan baik, bahkan pemberiannyapun kadang masih kuterima. Inilah yang membuat sang lelaki merasa cintanya tak bertepuk sebelah tangan, meski aku sendiri tak pernah menyatakan cinta. Semua itu kulakukan karena aku merasa iba. Betapa sakitnya seseorang yang ditolak cintanya. Justru yang kulakukan ini pada akhirnya terasa menyakitkan, baik bagi diriku sendiri maupun bagi sang lelaki itu.

Hingga pada suatu masa aku menemukan cinta pertamaku. Bukan secara kebetulan, namun inipun melalui proses yang panjang. Setelah menamatkan SMA di Blitar, aku melanjutkan kuliah di Universitas Brawijaya Malang. Jalur kuliah yang kulaluipun berjenjang. Dari diploma satu pemrograman komputer, lalu ke politeknik negeri Malang hingga akhirnya ke Fakultas Ilmu Administrasi.

Ketika memasuki tahun kedua di politeknik inilah aku berjumpa dengan seorang lelaki di sebuah bus kota jurusan Malang – Blitar.  Kala itu dia duduk disampingku. Sebenarnya aku tak terlalu memperhatikan wajahnya. Namun tiba-tiba dia memulai perbincangan. Hingga akhirnya kami terlibat perbincangan di sepanjang perjalanan. Dari perjumpaan itu akhirnya berlanjut ke pertemuan. Lelaki itu datang ke rumah pada malam harinya.

Yah...itu adalah kesekian kalinya seorang lelaki yang baru kukenal bertandang ke rumahku. Di rumah itulah aku jadi tahu identitasnya. Bahwa dia asli Blitar dan sudah menjadi seorang sarjana dari universitas swasta di Malang. Posisinya saat itu sedang mendaftarkan diri untuk menjadi seorang perwira angkatan udara melalui jenjang Perwira Karier. Wow....ini dia yang kucari. Dari dulu aku selalu mendambakan seorang lelaki yang berprofesi sebagai tentara.

Meski tanpa kata cinta, sejak saat itu kami sering jalan bersama. Dia kerapkali mengunjungiku di Malang, sambil menunggu pengumuman tiba. Berada didekatnya sempat membuatku nyaman. Mungkin karena usia kami yang terpaut 6 tahun, membuatnya bisa melindungiku diberbagai keadaan. Sayang, beberapa bulan kemudian, dia mengabarkan kalau dirinya gagal menjadi tentara. Ada rasa gamang yang menyelinap dibenakku. Dari dulu aku selalu menegaskan sebuah hubungan. Bahwa cinta yang kujalin adalah cinta yang serius yang ingin kupertahankan sampai menjadi suami istri.

Ternyata, dari sebuah kegagalan membuatnya down. Dia menghilang dari kehidupanku. Demikian juga dengan aku. Aku tak ingin mengejarnya. Kubiarkan bayangannya hilang bersama sang waktu. Namun demikian jahatnya aku, ketika dia ingin kembali memperbaiki sebuah hubungan, akupun tak memperdulikannya. Aku berusaha menghapus segalanya tentangnya.

Ternyata hidup adalah sebuah sandiwara yang telah digariskan oleh sang pencipta. Meski aku telah melupakannya, dia kembali hadir di kehidupanku. Inilah yang dinamakan cinta datang tak disangka-sangka. Dia datang padaku membawa kesuksesannya, disaat detik-detik menjelang wisudaku di politeknik. Lelaki itu bukan lagi seorang sarjana pengangguran, namun dia telah menjelma menjadi seorang perwira angkatan udara berpangkat letnan dua.

Kehadirannya yang begitu tiba-tiba di rumah kost-ku, membuat mataku tak berkedip. Dia tampak gagah dengan balutan seragam berwarna biru dan pangkat dipundaknya. Ternyata, dia memang benar-benar menunjukkan cintanya padaku. Setelah tes pertamanya gagal, dia mengulanginya lagi di tahun berikutnya. Nyatanya berhasil. Pucuk dicinta ulampun tiba. Siapa yang menolak dengan anugerah ini? Sungguh skenario Tuhan memang indah saat itu. Aku mendapatkan lelaki idaman yang siap membagi cintanya denganku.

Cinta itu memang terasa indah. Bahkan aku merasa seperti bidadari yang dipuja dan disanjung, merasa senang sepanjang hari. Apalagi jika ditemani sang pujaan hati. Namun hidup memang tak seindah dalam bayangan, dan cinta tak selamanya terasa indah. Dibalik indahnya sebuah hubungan, satu persatu duri itu menghadang diantaranya.

Aku yang tetap mempertahankan ego, lebih memilih mengejar ijasah sarjana ketimbang menerima pinangan lelaki itu. Dia yang bertugas di Husein Sastranegara Bandung saat itu, akhirnya dapat menerima keputusanku. Sejak saat itu kami melakukan hubungan jarak jauh alias LDR. Aku melanjutkan kuliah di Malang, sementara dia berdinas di Bandung. Bagiku hubungan yang berjalan selama hampir setahun terasa begitu menyenangkan, karena dia selalu memberikan khabar meski melalui telpon. Namun setelahnya sungguh aku tak menyangkanya.

Aku yang demikian mempercayainya, menghargai ketulusannya bahkan menerima cintanya, tiba-tiba harus dikhianatinya hanya karena wanita lain. Aku tak menyangka liburan semester itu menjadi petaka bagiku. Dia yang datang ke rumah dengan tiba-tiba ternyata membawa kehancuran bagiku. Hatiku bagai tersayat, bahkan hancur kerkeping-keping manakala dia memutuskan hubungan sepihak.  Dia tidak bisa lagi mencintaiku karena sudah ada wanita lain yang mencintainya.......

Barangkali bukan hanya aku yang merasa sakit, siapapun wanita itu bila diperlakukan semena-mena oleh lelaki yang dicintainya pasti hancur hatinya. Aku memang sulit menerima keadaan waktu itu, apalagi dia lelaki pertama yang kucintai. Saat itu semua rasa seolah membaur, marah, benci, jengkel dan semuanya seakan jadi satu. Aku ingin teriak, bahkan aku menganggap bahwa hidup ini tidak adil.

Tapi...lelaki itu seakan tak pernah memperdulikanku. Semenjak itu ia menghilang begitu saja. Sementara aku, walau masih ada sakit dihatiku, namun aku mulai belajar mengikhlaskannya. Dengan doa yang terus kupanjatkan padaNya dan berbagai kesibukan yang kujalani, akhirnya aku bisa melupakannya.

Yah...itulah cinta pertamaku, sepenggal kisah pilu yang tak pernah kulupa. Hingga doa panjangku terjawab, bahwa dia yang pernah menjadi cinta pertamaku memanglah bukan jodohku. Tuhan telah mengirimkan lelaki lain di kehidupanku, yang membuatku makin bahagia menjalani hari-hariku. Memang, untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan hakiki itu tidaklah mudah. Kita harus melewati tangga-tangga yang penuh rintangan.


Meski demikian aku tak menaruh dendam dengan lelaki itu. Beberapa bulan lalu aku kembali menjalin silaturahmi dengan keluarganya. Istrinyapun menyampaikan permintaan maaf padaku karena telah merebut lelaki itu dariku. Bahkan, aku juga beberapa kali berkirim sms dengan lelaki itu untuk menanyakan khabarnya. Ya....dia memang masa laluku, cinta pertamaku. Yang pernah menggoreskan penggalan kisah bak pelangi. Meski aku tak bisa melupakan kisah itu, namun aku akan tetap menguburnya dalam-dalam. Semoga dia bahagia dengan keluarganya. Demikian dengan aku. Aku ingin merajut hari-hariku bersama keluarga kecilku tanpa mengusik cerita cinta pertamaku. Semoga...........


Artikel ini diikut sertakan  dalam "My First Love Giveaway" Aprint Story

Posting Komentar

18 Komentar

  1. Udah dapat gantinya yang lebih baik ya mba:)

    BalasHapus
  2. alhamdulillah mbak Kania, Allah memang tak pernah ingkar janji.....semua pasti indah pada waktunya....

    BalasHapus
  3. Kebanyakan cinta pertama memang membawa pilu, namun akan berbuah manis di kisah kehidupan berikutnya :)

    BalasHapus
  4. Semua pengalaman hidup, jika kita bisa mengambil pelajaran, tak ada yang sia-sia ya mba.
    Ceritanya indah mba, dan blognya bagus, blog ku masih simpel

    BalasHapus
  5. Allah pasti tahu yang terbaik utk mbak Yuni, seperti firman-Nya, "laki-laki yang baik untuk wanita yang baik"...

    BalasHapus
  6. Hmm ah cerita cinta pertama...tak selalu indah saat dirasa..namun terkenang selamanya *jiyaaah*

    BalasHapus
  7. Cerita cinta pertama yang mengiris hati ya, mak. Seleksi alam ternyata membawa cinta sejati yang sekarang bersama :)

    BalasHapus
  8. Cinta pertama emang berkesan banget ya mak. Tp tentu lbh berkesan cinta terakhir yg jadi pasangan hidup kita selamanya;)

    BalasHapus
  9. Cerita cinta memang tak pernah habis untuk dikenang, kadang yang kita sangka jodoh ternyata bukan jodoh kita

    BalasHapus
  10. jadi inget istilahnya mas arham kendari, klo jodoh pasti bertemu, klo gak jodoh bisa bertemu.
    jodoh memang bagian dr takdir ya mba

    BalasHapus
  11. Allah itu maha adil, mbak, blm jodoh dan gak jodoh ga mungkin didekatkan, semoga suami mbak adalah jodoh yg baik dari Allah.. Amin

    BalasHapus
  12. Cinta pertama sudah terkubur dalam2, namun kadang sering mengusik mimpi indah...:)

    BalasHapus
  13. Alhamdulillah, sudah dapat ganti yg lebih baik :-)

    BalasHapus
  14. puitis banget mak kata - katanya :D
    cinta memang membuat semua orang menjadi gila hehe

    BalasHapus
  15. ada hikmahnya dari cinta pertama untuk pelajaran saja ya mba :D

    BalasHapus
  16. sudah bisa move one dong mba sekarang kan sudah ada gantinya hihihi

    BalasHapus
  17. Artikelnya menarik dan menyentuh sekali..

    BalasHapus
  18. cinta pertamaku??
    bahkan akupun dibuat malu dihadapan banyak orang ketika menyatakan cintaku tersebut, itulah cinta pertamaku yg pilu, aku dibuat tak berharga dihadapan banyak orang (dia melakukan suatu penghinaan krn aku tdk se-ras dengannya waktu itu)!!! aku benar2 hancur dan hal itu kemudian membekas dalam mental/kejiwaanku sampai saat ini... sukurlah sudah mulai bisa sembuh....
    NB : kalau tidak merasakan langsung seolah2 ini hal biasa..

    BalasHapus

Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...