Sehari Tanpa Gadget: Bisa Sih, Tapi Setengah Hati Menjawabnya



Di makam Bung Karno sambil menunggu saudara

Sehari tanpa gadget? Bisa tidak ya? Hmm…sepertinya harus pikir-pikir dulu untuk menjawabnya. Bisa sih…tapi dengan setengah hati menjawabnya. Bagiku, gadget bukan lagi barang biasa yang hanya sekali waktu kubutuhkan. Lebih dari itu, aku menganggap ia tak ubahnya seperti sahabat karib, yang selalu setia menemaniku dimanapun aku berada.


Jadi, sehari tanpa gadget tak ubahnya hidup di tepi hutan dengan segala keterbatasannya. Merasa kesepian, ketakutan, tak banyak hiburan, bahkan tak tahu hingar-bingarnya kehidupan kota. Yah….persis yang kualami beberapa waktu lalu saat aku harus tinggal di Papua, tepatnya di “Angkasa”. Mengapa disebut Angkasa? Karena daerahnya dataran tinggi menyerupai angkasa, tinggiiiii sekali, bahkan demikian tingginya hingga motor butut yang menuju arah itu harus tertatih-tatih jalannya serta mengeluarkan asap dari knalpotnya. Yang menyeramkan, rumahku terletak di pinggir hutan. Otomatis menjadi akses dan lalu lalang penduduk setempat untuk berkebun.



Rumahku di tepi hutan
Hmm…sudah bisa dibayangkan, tepi hutan pasti identik dengan binatang buas. Benar sekali. Ular-ular itu kadang tanpa kompromi masuk ke rumah bila aku tak melindungi rumahku dengan pintu ganda. Yah itulah perumpamaan gadget menurutku.


Sebagian koleksiku yang sempat kuabadikan
 Demikian pentingnya gadget bagiku, sampai-sampai ke kamar mandipun ia turut serta menemaniku. Stt…yang satu ini sebenarnya rahasia lho, tapi sudah keceplosan, tidak apa-apalah. Sekedar tahu aja. Bukan tanpa sebab. Ia kubawa agar sewaktu-waktu bila ada yang menelponku bisa langsung kuangkat. Tahu sendiri kan bagaimana rasanya si penelpon bila orang yang ditelpon tak segera mengangkatnya, apalagi dalam keadaan sangat urgent. Atau mungkin hanya sekedar berkirim sms, bbm atau whatsapp saja. Semua itu kulakukan selain untuk menghormati orang lain, aku juga tidak ingin ketinggalan informasi tentang sesuatu yang menurutku penting.


Bukan hanya itu. Saat harus men-charge batreinya pun, aku tak pernah mematikannya. Padahal ada ketentuan bila ingin mengisi batrei, gadget harus dimatikan. Pasti tahu kan apa akibatnya? Bolak balik aku harus mengganti batrei. Tidak semua gadget yang tahan batreinya bila ia diisi dalam keadaan hidup. Bila tetap dilakukan, maka batrei akan melembung dan tidak bisa dipakai lagi. Wah boros sekali aku, mungkin itu pemikiran orang. Tapi prinsipku tetap satu. Bahwa aku tak ingin mengecewakan orang lain.


Aku adalah penggila gadget. Dulu, dulu sekali setiap ada gadget keluaran baru, ingin sekali aku memilikinya. Tapi dalam batas harga yang wajar lho. Bukan berarti hari ini aku beli gadget, besok ada produk baru, aku beli lagi. Aku bukan pengoleksi gadget. Melainkan hobiku senang melakukan tukar tambah gadget. Bila sudah bosan lekas kujual gadget lamaku dan kuganti dengan gadget baru. Hehehe…tentunya dengan harga yang masih wajar dan tak harus terpaksa membelinya demi kepuasan belaka.


Namun…setelah kutimbang-timbang hanya blackberry-lah yang bisa menjawab keinginanku. Walau beberapa blackberry yang kumiliki terpaksa harus rusak gara-gara memori terlalu penuh. Menurutku, blackberry sangat membantuku mendapatkan banyak informasi. Bukan hanya update status di facebook, twitter atau di blackberry messenger (BBM). Itu tak sebegitu penting. Dengan blackberry aku bisa tahu banyak tentang lomba-lomba blog atau event-event giveaway yang diadakan oleh sobat blogger. Sumpah nyesel rasanya baru gabung dengan sobat blogger, dan baru membuat blog. Coba kalau dari dulu, pasti senangnya berlipat-lipat.

Blackberry-ku yang rusak

 Bukan hanya itu, dengan blackberry aku bisa tahu banyak tentang resep masakan yang setiap saat kupraktekkan di dapur mungilku. Aku juga tahu tentang khasiat buah-buahan atau toga. Aku banyak mendapatkan informasi tentang berbagai penyakit dan cara pencegahannya. Aku bisa mendownload lagu baru dan game kesukaan anakku. Aku bisa mengabadikan sebuah moment lewat foto dan video.


Moment penting yang kuabadikan lewat gadget
 Yang paling penting, blackberry bisa membantuku menyelesaikan tugas-tugas sekolah anakku. Ia bisa menjadi kamus, rumus, bahkan ilmu pengetahuan yang sangat berguna. Jadi menurutku sehari tanpa gadget, bisa sih, tapi dengan setengah hati menjawabnya…hehehe……

Posting Komentar

7 Komentar

  1. wowww... hapenyabanyak dan bagus2 ^^
    kalau saya punya yg begitu, gak bakal saya tinggal sedetik pun :p

    jadi ... bunda gak bs sekari pun tanpa gadget yaaa?

    BalasHapus
  2. hehehe.....banyak tapi pada rusak.
    Kemanapun kubawa serta meski ke WC hihihi.....
    iya nih sudah dari sononya suka bawa-bawa yang ginian wkwkwk...

    BalasHapus
  3. Kalau aku sih ndak terlalu peduli sama gadget, bahkan sering aku tinggal di rumah.

    BalasHapus
  4. ya Mbk, emak2 kudu pinter eh punya senjata hehhe kalo buat PR tanya Mbk Google soa resep juga hhehe

    BalasHapus
  5. banyaknyaaa gadget dikau makkk,,, hehhehe... sipp ah, sehari tanpa gadget, tapi bingung jawabnya ya?? samaaa dong,,, hihih,,,

    trims ya udah ikutan, biar dicatat mas n mbak Juri.. :)

    BalasHapus
  6. pinjem satu sini mbak Yuni ^_^

    Juri berkunjung

    BalasHapus

Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...